Sleeping Prince (Chapter 6)
Jul. 30th, 2011 01:26 am![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png)
Giliran gak mikir apa2... Iseng di post, masuk entrynya.. Wow! O_o

Judul : Sleeping Prince
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : SakurAiba (Side Pairing : JunBa & MatsuMiya)
Rating : PG – 15
Genre : Romantic Comedy, BL, Yaoi
Sinopsis : Cerita sleeping beauty sudah membuat Aiba dan Sho menjalani hubungan persahabatan yang tidak wajar. Haruskan persahabatan ini diakhiri ketika sang ‘putri’ jatuh cinta pada pangeran lain?
Disclimer : I don’t own them. ;(
Tak terasa sudah satu bulan sejak Matsujun meminta Aiba untuk datang setiap hari ke ruang kesehatan.
Setiap bel istirahat berbunyi, Aiba akan langsung keluar kelas lalu menuju ruang kesehatan untuk menemui Matsumoto Sensei, kemudian mereka akan mengobrol dan makan siang bersama hingga jam istirahat habis. Awalnya memang Matsumoto Sensei hanya meminta Aiba datang ke ruangannya selama satu minggu, tetapi ternyata setelah satu minggu bersama, keduanya jadi semakin akrab dan Aiba merasa nyaman karena dapat membicarakan banyak hal dengan orang itu. Karena itu, Aiba menjadi terus menerus datang ke ruang kesehatan, entah itu untuk mengobrol dengan Matsumoto Sensei, atau menumpang tidur di ruangan itu agar tidak terganggu oleh keisengan Sakurai Sho.
“aku merindukanmu, Sleeping Beauty-kun… Whoaaaahh…” kata Sho ketika membaringkan tubuhnya di bawah pohon sekolah yang rindang.
Di tempat lain, Sakurai Sho mulai kehilangan sleeping beautynya karena sekarang Aiba tidak menghabiskan waktu istirahatnya dengan tidur siang di kelas.
Mereka hanya mengobrol sesekali ketika pulang sekolah. Sho yang sebenarnya sedikit sibuk dengan pacar-pacarnya mendadak memutuskan merubah jadwal pulang sekolahnya menjadi waktu khusus untuknya bertemu dengan Aiba sehingga setiap hari ia lebih memilih mengantar Aiba pulang hingga ke rumah, dibandingkan dengan menemani pacar-pacarnya belanja.
“kau ini kenapa sih? Aku khan cuma diajak makan malaaaaaaaaam… Aku bahkan sering numpang makan malam di rumahmu dan sampai sekarang aku masih baik-baik saja! Iya khan? Jadi apa salahnya…?” kata Aiba polos meski dengan nada sedikit kesal.
“itu khan berbeda! Aku tidak mungkin membahayakanmu!” kata Sho sembari memukul pelan kepala Aiba.
“apa bedanya dengan Matsumoto sensei, kau bahkan belum pernah berbicara dengannya! Lagipula yang kau maksud bahaya itu yang seperti apa, huh?” kata Aiba.
Sho mulai kehabisan ide untuk melarang Aiba makan malam bersama Matsumoto sensei. Entah mengapa ia merasa orang itu berbahaya untuk Aiba tetapi ia sendiri tak bisa memberikan alasan logis mengapa ia begitu khawatir setiap Aiba dekat dengan Matsumoto Sensei.
“arrrgghhhh! Ok, ok, kau bisa makan malam dengannya. Kapan kalian akan makan malam?” tanya Sho.
“uhm… Sabtu besok, sekaligus nonton pertunjukan musik di cafe itu katanya” jawab Aiba.
“dua hari lagi? Hmm…. Baiklah, kalau begitu aku akan mengajarimu sesuatu dan kau harus mengikutinya, ok?” kata Sho dengan nada memaksa sambil mengalungkan tangannya di leher Aiba.
“Sho-chaaaaaannn…” kata Aiba tampak sedikit tidak senang.
Hari berikutnya,
Sore hari, Sho dan Aiba sudah berada di sebuah Cafe yang rencananya besok Aiba dan Matsumoto Sensei akan makan malam…
“buat apa kita di sini sekarang?” tanya Aiba bingung.
“ku beritahu satu rahasia padamu, Aiba-kun…” kata Sho.
“rahasia? Apa?” tanya Aiba.
“begini… Riset menunjukkan bahwa sekolah, kampus, cafe dan restoran cepat saji merupakan tempat yang paling bagus untuk memikat orang. Karena di tempat seperti ini, orang cenderung lebih terbuka untuk bertemu dengan orang lain dan mengobrol” kata Sho.
“lalu? Apa hubungannya dengan kita berada di sini?” tanya Aiba.
“hubungannya… Kita akan melakukan simulasi kencanmu dengan Matsumoto Sensei besok, yeay~” kata Sho dengan senyuman.
“simulasi? Hah? Apa?” tanya Aiba bingung membuat senyuman Sho memudar.
“uhm… Semacam, latihan… Seperti itu” kata Sho.
“ahhhh… Begitu… jadi aku harus latihan denganmu begitu?” tanya Aiba.
“memangnya kau mau latihan ini dengan Matsumoto Sensei?” tanya Sho.
“bisakah?” tanya Aiba polos.
“jika aku meminta Matsumoto Sensei untuk latihan di sini bersamamu, itu namanya bukan latihan, Aiba-kun!” kata Sho ketus.
“oh iya, kau benar~!” kata Aiba masih dengan wajah polos, entah mengapa ekspresi wajah Aiba yang seperti ini justru membuat kemarahan Sho menghilang.
“baiklah, hal pertama yang harus kau perhatikan adalah bersikap dengan baik dan jangan berlebihan. Jika dia tersenyum padamu, balas dengan senyuman. Dia menatapmu, balas tatapannya. Cukup seperti itu, jangan bertindak lebih jauh… Biarkan dia yang berinisiatif” kata Sho.
“hai’~” kata Aiba.
“coba sekarang praktekkan” kata Sho yang kemudian tersenyum sambil menatap Aiba.

Judul : Sleeping Prince
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : SakurAiba (Side Pairing : JunBa & MatsuMiya)
Rating : PG – 15
Genre : Romantic Comedy, BL, Yaoi
Sinopsis : Cerita sleeping beauty sudah membuat Aiba dan Sho menjalani hubungan persahabatan yang tidak wajar. Haruskan persahabatan ini diakhiri ketika sang ‘putri’ jatuh cinta pada pangeran lain?
Disclimer : I don’t own them. ;(
Tak terasa sudah satu bulan sejak Matsujun meminta Aiba untuk datang setiap hari ke ruang kesehatan.
Setiap bel istirahat berbunyi, Aiba akan langsung keluar kelas lalu menuju ruang kesehatan untuk menemui Matsumoto Sensei, kemudian mereka akan mengobrol dan makan siang bersama hingga jam istirahat habis. Awalnya memang Matsumoto Sensei hanya meminta Aiba datang ke ruangannya selama satu minggu, tetapi ternyata setelah satu minggu bersama, keduanya jadi semakin akrab dan Aiba merasa nyaman karena dapat membicarakan banyak hal dengan orang itu. Karena itu, Aiba menjadi terus menerus datang ke ruang kesehatan, entah itu untuk mengobrol dengan Matsumoto Sensei, atau menumpang tidur di ruangan itu agar tidak terganggu oleh keisengan Sakurai Sho.
“aku merindukanmu, Sleeping Beauty-kun… Whoaaaahh…” kata Sho ketika membaringkan tubuhnya di bawah pohon sekolah yang rindang.
Di tempat lain, Sakurai Sho mulai kehilangan sleeping beautynya karena sekarang Aiba tidak menghabiskan waktu istirahatnya dengan tidur siang di kelas.
Mereka hanya mengobrol sesekali ketika pulang sekolah. Sho yang sebenarnya sedikit sibuk dengan pacar-pacarnya mendadak memutuskan merubah jadwal pulang sekolahnya menjadi waktu khusus untuknya bertemu dengan Aiba sehingga setiap hari ia lebih memilih mengantar Aiba pulang hingga ke rumah, dibandingkan dengan menemani pacar-pacarnya belanja.
“kau ini kenapa sih? Aku khan cuma diajak makan malaaaaaaaaam… Aku bahkan sering numpang makan malam di rumahmu dan sampai sekarang aku masih baik-baik saja! Iya khan? Jadi apa salahnya…?” kata Aiba polos meski dengan nada sedikit kesal.
“itu khan berbeda! Aku tidak mungkin membahayakanmu!” kata Sho sembari memukul pelan kepala Aiba.
“apa bedanya dengan Matsumoto sensei, kau bahkan belum pernah berbicara dengannya! Lagipula yang kau maksud bahaya itu yang seperti apa, huh?” kata Aiba.
Sho mulai kehabisan ide untuk melarang Aiba makan malam bersama Matsumoto sensei. Entah mengapa ia merasa orang itu berbahaya untuk Aiba tetapi ia sendiri tak bisa memberikan alasan logis mengapa ia begitu khawatir setiap Aiba dekat dengan Matsumoto Sensei.
“arrrgghhhh! Ok, ok, kau bisa makan malam dengannya. Kapan kalian akan makan malam?” tanya Sho.
“uhm… Sabtu besok, sekaligus nonton pertunjukan musik di cafe itu katanya” jawab Aiba.
“dua hari lagi? Hmm…. Baiklah, kalau begitu aku akan mengajarimu sesuatu dan kau harus mengikutinya, ok?” kata Sho dengan nada memaksa sambil mengalungkan tangannya di leher Aiba.
“Sho-chaaaaaannn…” kata Aiba tampak sedikit tidak senang.
Hari berikutnya,
Sore hari, Sho dan Aiba sudah berada di sebuah Cafe yang rencananya besok Aiba dan Matsumoto Sensei akan makan malam…
“buat apa kita di sini sekarang?” tanya Aiba bingung.
“ku beritahu satu rahasia padamu, Aiba-kun…” kata Sho.
“rahasia? Apa?” tanya Aiba.
“begini… Riset menunjukkan bahwa sekolah, kampus, cafe dan restoran cepat saji merupakan tempat yang paling bagus untuk memikat orang. Karena di tempat seperti ini, orang cenderung lebih terbuka untuk bertemu dengan orang lain dan mengobrol” kata Sho.
“lalu? Apa hubungannya dengan kita berada di sini?” tanya Aiba.
“hubungannya… Kita akan melakukan simulasi kencanmu dengan Matsumoto Sensei besok, yeay~” kata Sho dengan senyuman.
“simulasi? Hah? Apa?” tanya Aiba bingung membuat senyuman Sho memudar.
“uhm… Semacam, latihan… Seperti itu” kata Sho.
“ahhhh… Begitu… jadi aku harus latihan denganmu begitu?” tanya Aiba.
“memangnya kau mau latihan ini dengan Matsumoto Sensei?” tanya Sho.
“bisakah?” tanya Aiba polos.
“jika aku meminta Matsumoto Sensei untuk latihan di sini bersamamu, itu namanya bukan latihan, Aiba-kun!” kata Sho ketus.
“oh iya, kau benar~!” kata Aiba masih dengan wajah polos, entah mengapa ekspresi wajah Aiba yang seperti ini justru membuat kemarahan Sho menghilang.
“baiklah, hal pertama yang harus kau perhatikan adalah bersikap dengan baik dan jangan berlebihan. Jika dia tersenyum padamu, balas dengan senyuman. Dia menatapmu, balas tatapannya. Cukup seperti itu, jangan bertindak lebih jauh… Biarkan dia yang berinisiatif” kata Sho.
“hai’~” kata Aiba.
“coba sekarang praktekkan” kata Sho yang kemudian tersenyum sambil menatap Aiba.