Sleeping Prince (Chapter 4)
Jul. 29th, 2011 09:40 am![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png)
Uhm... Test? xD
Finally I can post into this site again. Nyaaa~ Banzaii!!! \(^___^)/
Should catch up for this fic before I could hiatus. Yeay!

Judul : Sleeping Prince
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & MatsuMiya)
Rating : PG
Genre : Romantic Comedy, BL, Yaoi
Sinopsis : Cerita sleeping beauty sudah membuat Aiba dan Sho menjalani hubungan persahabatan yang tidak wajar. Haruskah persahabatan ini diakhiri ketika sang 'putri' jatuh cinta pada pangeran lain?
Disclaimer : I don't own them. :(
“ada tiga cara agar menjadi berani… Pertama, lakukan langsung apa yang mau kau lakukan. Kedua, tidak perlu menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti. Ketiga, jika gagal, coba lagi” kata Sho sementara Aiba hanya mendengarkan dengan menggangguk-angguk.
“cara paling bagus supaya berani adalah sebelum melakukan sesuatu, tarik nafas lalu lakukan. Percaya dengan daya pikatmu pada Matsumoto Sensei, lakukan terus, kalau salah, ulangi lagi, semakin lama kau tidak akan canggung. Ok, segitu saja tips dariku, Aiba-kun. Ganbare~!” kata Sho.
“hai’~ Ganbarimassu!” kata Aiba sambil berjalan menuju ruang kesehatan, menarik nafas, menghembuskannya lalu membuka pintu ruangan itu.
Sementara Sho langsung berlari ke luar sekolah agar dapat mengintai ruang kesehatan dari sisi luar.
“konichiwa… Matsumoto… Sensei?” kata Aiba yang menjadi sedikit heran karena tidak seperti biasanya dokter yang ada di hadapannya tidak terlihat rapi.
“ahhh~ Masaki-kun… konichiwa… Aku sudah menunggumu. Kochi.. kochi..” kata Matsujun yang kemudian berjalan ke dekat meja dimana diatasnya berserakan obat-obatan.
“hai’~ ada yang bisa saya bantu?” kata Aiba berjalan mendekat ke arah Matsujun yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
“aku sedang berusaha membersihkan ruangan ini supaya lebih nyaman dan sehat. Ku lihat ada beberapa obat yang sudah tidak bisa dipakai, maaf merepotkan, tapi bisa kau bantu aku memilih-milih lalu membuang yang sudah lewat batas waktunya?” tanya Matsujun.
“tentu saja..” kata Aiba sambil tersenyum kemudian duduk di samping Matsujun, membelakangi kaca.
“ini, tanggal produksi obat ada di sini, dan di sini adalah tanggal obat sudah tidak berlaku lagi” kata Matsujun sambil mendekat ke Aiba, membuat pundak mereka bersinggungan.
“h… hai’~” jawab Aiba sambil menunduk kemudian mengambil obat yang ada di hadapannya.
Di luar…
“arrrgghh…. Kenapa duduk begitu dekat?? Apa yang mereka bicarakan?!” kata Sho berbicara sendiri dengan nada kesal, ketika melihat objek yang ia amati dengan teropong.
“Matsujun itu sejak jaman sekolah sudah terkenal playboy, dalam waktu cepat, dia bisa menjerat anak itu. Arrrrghhh… Mengerikan!” kata seseorang di samping Sho.
“tidak akan ku biarkan itu terjadi… tidak boleh!” kata Sho yang tiba-tiba menjadi kesal.
“eh?” kata Sho lagi begitu menyadari bahwa seharusnya dia sedang sendirian di situ jadi tidak mungkin ada yang menjawab kata-katanya.
Sho melepaskan pandangan dari teropong dan melihat ke orang di sampingnya yang ternyata juga sedang menggunakan teropong untuk mengawasi ruang kesehatan.
“Kazu Sensei!!!” kata Sho agak terkejut.
“huh? Ehhh?? Sakurai, apa yang kau lakukan di sini?!” jawab Nino dengan nada terkejut, sepertinya dia juga baru menyadari bahwa ternyata ada orang di sebelahnya.
“seharusnya saya yang bertanya hal itu!” kata Sho.
“oh, uhmmm… wajar khan seorang guru mengamati muridnya sendiri?” tanya Nino.
“tidak wajar… Anda khan bukan wali kelasnya… Dan lagi, anda bahkan tidak tahu nama murid yang di dalam khan?” tanya Sho sambil menaikkan alisnya.
“uhm… Soal itu… Soal itu, yang penting aku guru sekolah ini, keadaan semua murid adalah tanggung jawab semua guru” kata Nino berusaha membela diri.
“begitu?” tanya Sho dengan wajah tidak percaya, masih sambil memandangi wali kelasnya.
“kau… Kau sendiri, buat apa mengamati mereka?” tanya Nino berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Aiba khan teman baik saya, tentu saja saya mengkhawatirkan keadaannya!” kata Sho mantab.
“khawatir kenapa? Dia laki-laki, sudah dewasa dan hanya menemui seorang dokter di ruang kesehatan, apa yang perlu dikhawatirkan?” tanya Nino dengan wajah heran.
“uhm… Tentu saja mengkhawatirkan… Dia khan Aiba Masaki, sahabat saya…” kata Sho.
“lalu? Kenapa jika dia Aiba Masaki, sahabatmu?” tanya Nino.
“pokoknya mengkhawatirkan!” kata Sho mulai bingung.
“sepertinya kau harus mulai memikirkan sebutan yang tepat untuk orang itu, sahabat atau lebih dari itu, Sakurai…” kata Nino santai, lalu kembali meneropong ke arah ruang kesehatan.
“hah?” tanya Sho, mendadak beberapa pikiran muncul di kepalanya. Benarkah dia menganggap Aiba lebih dari seorang sahabat?
“woooaaahhh!!! Apa yang mereka lakukan itu? Matsujun, menjauh dari anak itu. Hush.. Hush..” kata Nino yang kemudian membuat jadi penasaran sehingga kembali meneropong.
“woooaaahhh!!!” kata Sho kemudian setelah melihat dahi Matsujun bertumpu pada dahi Aiba, lalu keduanya saling memandang.
Di ruang kesehatan…
“sepertinya kau kurang tidur ya?” kata Matsujun sambil memandang kedua mata Aiba.
“sedikit” kata Aiba memandang Matsujun dengan wajah polos.
“memangnya apa yang kau lakukan sepulang sekolah kemarin?” tanya Matsujun.
“uhm… bekerja di restoran cepat saji?” kata Aiba.
“bekerja? Untuk apa?” tanya Matsujun yang kemudian menjauhkan wajahnya dari Aiba.
“ada sesuatu yang ingin saya beli tapi… saya tidak mungkin memintanya pada orang tua saya, jadi saya berusaha mencari uangnya sendiri” kata Aiba sambil menunduk.
“ahhh~ Begitu ternyata. Hmm… Kalau aku melarangmu, pasti kau tidak akan mendengar. Jadi ya… Aku cuma bisa mendukungmu” kata Matsujun sambil tersenyum lalu memasukkan sebungkus vitamin ke kantung kemeja Aiba.
“arigatou… Sensei…” kata Aiba.
“kalau kau mau, saat jam istirahat, kau juga boleh menumpang tidur di sini. Biasanya di sini sedang agak sepi jika jam istirahat” kata Matsujun.
“hai’~ Arigatouuuu…” kata Aiba sambil tersenyum manis memandang Matsujun.
“hey~ Kalau kau menatapku seperti itu, lama-lama aku bisa jatuh cinta denganmu, kau tahu?” kata Matsujun sambil membelai kepala Aiba, membuat pria di sebelahnya terkekeh sementara dua orang yang berada di luar dan sejak tadi mengawasi mereka berdua menjadi kesal sendiri.
Finally I can post into this site again. Nyaaa~ Banzaii!!! \(^___^)/
Should catch up for this fic before I could hiatus. Yeay!

Judul : Sleeping Prince
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & MatsuMiya)
Rating : PG
Genre : Romantic Comedy, BL, Yaoi
Sinopsis : Cerita sleeping beauty sudah membuat Aiba dan Sho menjalani hubungan persahabatan yang tidak wajar. Haruskah persahabatan ini diakhiri ketika sang 'putri' jatuh cinta pada pangeran lain?
Disclaimer : I don't own them. :(
“ada tiga cara agar menjadi berani… Pertama, lakukan langsung apa yang mau kau lakukan. Kedua, tidak perlu menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti. Ketiga, jika gagal, coba lagi” kata Sho sementara Aiba hanya mendengarkan dengan menggangguk-angguk.
“cara paling bagus supaya berani adalah sebelum melakukan sesuatu, tarik nafas lalu lakukan. Percaya dengan daya pikatmu pada Matsumoto Sensei, lakukan terus, kalau salah, ulangi lagi, semakin lama kau tidak akan canggung. Ok, segitu saja tips dariku, Aiba-kun. Ganbare~!” kata Sho.
“hai’~ Ganbarimassu!” kata Aiba sambil berjalan menuju ruang kesehatan, menarik nafas, menghembuskannya lalu membuka pintu ruangan itu.
Sementara Sho langsung berlari ke luar sekolah agar dapat mengintai ruang kesehatan dari sisi luar.
“konichiwa… Matsumoto… Sensei?” kata Aiba yang menjadi sedikit heran karena tidak seperti biasanya dokter yang ada di hadapannya tidak terlihat rapi.
“ahhh~ Masaki-kun… konichiwa… Aku sudah menunggumu. Kochi.. kochi..” kata Matsujun yang kemudian berjalan ke dekat meja dimana diatasnya berserakan obat-obatan.
“hai’~ ada yang bisa saya bantu?” kata Aiba berjalan mendekat ke arah Matsujun yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
“aku sedang berusaha membersihkan ruangan ini supaya lebih nyaman dan sehat. Ku lihat ada beberapa obat yang sudah tidak bisa dipakai, maaf merepotkan, tapi bisa kau bantu aku memilih-milih lalu membuang yang sudah lewat batas waktunya?” tanya Matsujun.
“tentu saja..” kata Aiba sambil tersenyum kemudian duduk di samping Matsujun, membelakangi kaca.
“ini, tanggal produksi obat ada di sini, dan di sini adalah tanggal obat sudah tidak berlaku lagi” kata Matsujun sambil mendekat ke Aiba, membuat pundak mereka bersinggungan.
“h… hai’~” jawab Aiba sambil menunduk kemudian mengambil obat yang ada di hadapannya.
Di luar…
“arrrgghh…. Kenapa duduk begitu dekat?? Apa yang mereka bicarakan?!” kata Sho berbicara sendiri dengan nada kesal, ketika melihat objek yang ia amati dengan teropong.
“Matsujun itu sejak jaman sekolah sudah terkenal playboy, dalam waktu cepat, dia bisa menjerat anak itu. Arrrrghhh… Mengerikan!” kata seseorang di samping Sho.
“tidak akan ku biarkan itu terjadi… tidak boleh!” kata Sho yang tiba-tiba menjadi kesal.
“eh?” kata Sho lagi begitu menyadari bahwa seharusnya dia sedang sendirian di situ jadi tidak mungkin ada yang menjawab kata-katanya.
Sho melepaskan pandangan dari teropong dan melihat ke orang di sampingnya yang ternyata juga sedang menggunakan teropong untuk mengawasi ruang kesehatan.
“Kazu Sensei!!!” kata Sho agak terkejut.
“huh? Ehhh?? Sakurai, apa yang kau lakukan di sini?!” jawab Nino dengan nada terkejut, sepertinya dia juga baru menyadari bahwa ternyata ada orang di sebelahnya.
“seharusnya saya yang bertanya hal itu!” kata Sho.
“oh, uhmmm… wajar khan seorang guru mengamati muridnya sendiri?” tanya Nino.
“tidak wajar… Anda khan bukan wali kelasnya… Dan lagi, anda bahkan tidak tahu nama murid yang di dalam khan?” tanya Sho sambil menaikkan alisnya.
“uhm… Soal itu… Soal itu, yang penting aku guru sekolah ini, keadaan semua murid adalah tanggung jawab semua guru” kata Nino berusaha membela diri.
“begitu?” tanya Sho dengan wajah tidak percaya, masih sambil memandangi wali kelasnya.
“kau… Kau sendiri, buat apa mengamati mereka?” tanya Nino berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Aiba khan teman baik saya, tentu saja saya mengkhawatirkan keadaannya!” kata Sho mantab.
“khawatir kenapa? Dia laki-laki, sudah dewasa dan hanya menemui seorang dokter di ruang kesehatan, apa yang perlu dikhawatirkan?” tanya Nino dengan wajah heran.
“uhm… Tentu saja mengkhawatirkan… Dia khan Aiba Masaki, sahabat saya…” kata Sho.
“lalu? Kenapa jika dia Aiba Masaki, sahabatmu?” tanya Nino.
“pokoknya mengkhawatirkan!” kata Sho mulai bingung.
“sepertinya kau harus mulai memikirkan sebutan yang tepat untuk orang itu, sahabat atau lebih dari itu, Sakurai…” kata Nino santai, lalu kembali meneropong ke arah ruang kesehatan.
“hah?” tanya Sho, mendadak beberapa pikiran muncul di kepalanya. Benarkah dia menganggap Aiba lebih dari seorang sahabat?
“woooaaahhh!!! Apa yang mereka lakukan itu? Matsujun, menjauh dari anak itu. Hush.. Hush..” kata Nino yang kemudian membuat jadi penasaran sehingga kembali meneropong.
“woooaaahhh!!!” kata Sho kemudian setelah melihat dahi Matsujun bertumpu pada dahi Aiba, lalu keduanya saling memandang.
Di ruang kesehatan…
“sepertinya kau kurang tidur ya?” kata Matsujun sambil memandang kedua mata Aiba.
“sedikit” kata Aiba memandang Matsujun dengan wajah polos.
“memangnya apa yang kau lakukan sepulang sekolah kemarin?” tanya Matsujun.
“uhm… bekerja di restoran cepat saji?” kata Aiba.
“bekerja? Untuk apa?” tanya Matsujun yang kemudian menjauhkan wajahnya dari Aiba.
“ada sesuatu yang ingin saya beli tapi… saya tidak mungkin memintanya pada orang tua saya, jadi saya berusaha mencari uangnya sendiri” kata Aiba sambil menunduk.
“ahhh~ Begitu ternyata. Hmm… Kalau aku melarangmu, pasti kau tidak akan mendengar. Jadi ya… Aku cuma bisa mendukungmu” kata Matsujun sambil tersenyum lalu memasukkan sebungkus vitamin ke kantung kemeja Aiba.
“arigatou… Sensei…” kata Aiba.
“kalau kau mau, saat jam istirahat, kau juga boleh menumpang tidur di sini. Biasanya di sini sedang agak sepi jika jam istirahat” kata Matsujun.
“hai’~ Arigatouuuu…” kata Aiba sambil tersenyum manis memandang Matsujun.
“hey~ Kalau kau menatapku seperti itu, lama-lama aku bisa jatuh cinta denganmu, kau tahu?” kata Matsujun sambil membelai kepala Aiba, membuat pria di sebelahnya terkekeh sementara dua orang yang berada di luar dan sejak tadi mengawasi mereka berdua menjadi kesal sendiri.
no subject
Date: 2011-07-29 04:23 am (UTC)and as for sho, he didnt even realize his feelings for aiba did he?
*off to chapter 5*
no subject
Date: 2011-07-29 05:32 am (UTC)Glad to see you here. ^^