Delusion (Chapter 9)
May. 13th, 2011 01:20 am![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png)
Hey~ hey~ hey~ I'm back... xD
Reality life is seriously killing me... And I haven't finish yet with those problem, so I think I should take another break until I can finish it... Arrrghhh!! (>,<)
Ok, whatever, enggak usah dipikirin kapan mau istirahatnya, yang penting update fanfic ini dululah ya... Udah gemes! xDDD"
Seperti janji untuk kembali datang pada hari setelah hari Kamis *liat jam*, jadi inilah saatnya membuat update... Yeay~!
Selamat membaca... ^^

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Detektif Ohno Satoshi mulai membuka laptopnya lalu memperlihatkan sebuah video pada Sakurai Sho. Sebuah video bergambar hitam putih dengan pencahayaan dan kualitas kurang baik, tapi masih dapat terlihat ada bayangan-bayangan hitam, pergerakan orang-orang di dalam video itu.
“dari video cctv ini, anda dapat melihat bahwa hari itu, pria bernama Matsumoto Jun yang anda maksud itu masuk ke hotel sekitar jam 9 malam, lalu langsung menuju bar yang terdapat di dekat lobby utama” kata Ohno sambil menggunakan telunjuknya untuk menunjuk gambar seseorang yang berjalan di video itu.
Sho memperhatikan gambar di video itu dengan seksama. Ia mungkin lupa dengan wajah Matsumoto Jun, tetapi ia ingat bahwa memang kira-kira seperti itulah, postur orang yang bersamanya malam itu.
“begitu sampai di bar, ia duduk sambil memesan minuman, yang sepertinya mengandung alkohol. Lalu, setengah jam kemudian… Ada dua pria yang menghampirinya, mereka berbicara sejenak, kemudian dua pria itu pergi lagi” kata Ohno sambil menunjuk dua pria yang tampaknya merupakan pasangan, karena dari gambar terlihat keduanya beberapa kali bercumbu di depan umum.
Sho masih tak memberikan komentar apapun, ia masih serius memperhatikan penjelasan Ohno.
“dua orang itu, kemudian naik ke lantai dua. Dan satu jam kemudian, Matsumoto Jun, naik ke lantai sembilan, lalu mengetuk kamar anda. Ia masuk, lalu tidak keluar lagi hingga keesokan harinya. Karena tak ada cctv di dalam kamar, maka saya hanya dapat memantau kegiatan anda berdua dari cctv yang dipasang di luar. Selanjutnya…” kata Ohno.
Ohno memandang Sho dengan pandangan agak ragu untuk meneruskan penjelasan selanjutnya.
“ada apa? Kenapa berhenti? Ayo teruskan penjelasanmu…” perintah Sho agak bingung.
“ini mungkin agak menyedihkan, tapi silahkan anda perhatikan video berikut” kata Ohno sambil mengganti video ke video lain.
“pagi hari, orang ini… Uhm… Saya rasa ini anda, keluar buru-buru dari kamar. Satu jam kemudian, pria bernama Matsumoto Jun itu keluar dari kamar, sambil sebelah tangannya memegangi pinggangnya dan berjalan tertatih menuju lift sambil merambat berpegangan pada dinding” kata Ohno.
Sho membentuk huruf O dengan mulutnya, matanya terbelalak karena terkejut dengan apa yang dilihatnya.
“orang ini kemudian menuju bagian receptionist, saya duga, ia mencari tahu nama anda. Tapi karena prosedur hotel tersebut harus merahasiakan identitas tamunya, maka petugas tidak dapat memberitahukan identitas anda” kata Ohno, sementara Sho tidak bereaksi.
“tampaknya orang ini kesal, sampai nyaris membuat keributan dengan receptionist, karena itu, orang ini diamankan oleh satpam lalu diseret keluar hotel” kata Ohno sambil menunjuk gambar orang yang sedang diseret keluar hotel.
“kamera cctv kehilangan jejak orang ini, setelah ia diseret keluar hotel. Sekian” kata Ohno sambil kemudian menutup video yang tadi ia buka.
Sho hanya dapat meletakkan kedua tangannya untuk menopang kepalanya. Terdiam. Perasaannya tiba-tiba menjadi campur aduk, antara sedih, iba dan merasa bersalah.
“apa yang sudah ku lakukan??!!!” jerit Sho dalam hati. Ia sungguh tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia benar-benar sudah melakukan kesalahan yang sangat besar pada orang yang ada di video itu.
Di luar ruangan Sho…
Nino dan Aiba sedang duduk berhadapan, dari tatapan keduanya, tanpa mendengar pembicaraan mereka pun, sudah jelas terlihat bahwa mereka sedang berbicara hal yang serius.
“bagaimana kabarmu sekarang, Aiba?” tanya Nino.
“kabar baik, uhm… bagaimana kabarmu?” tanya Aiba, ragu-ragu. Seakan sedang berusaha melindungi dirinya sekuat mungkin untuk bersiap menghadapi serangan yang bisa saja tiba-tiba muncul.
“aku juga baik, uhm… sebenarnya, sudah lama sekali aku ingin menemuimu Aiba, tapi aku tak tahu bagaimana cara untuk menemukanmu” kata Nino.
“kau ingin bertemu denganku? Untuk apa?” tanya Aiba semakin siaga, takut Nino kembali bermaksud jahat padanya.
“aku… Uhm... Aku ingin meminta maaf padamu… Aku memohon ampunanmu… Atas semua kesalahan yang pernah aku buat dulu” kata Nino sambil memegang tangan Aiba.
“hah? minta maaf kepadaku?” tanya Aiba bingung dengan tangan gemetar, terkejut dengan tangan Nino yang memegangnya.
Aiba ingat dengan jelas bahwa Nino memang sudah banyak menyakitinya dahulu. Awalnya, Nino memang sahabat baik Aiba, tapi itu hanya berlangsung hingga mereka sama-sama tahu bahwa ternyata mereka mencintai orang yang sama. Orang yang mereka cintai itu ternyata lebih memilih Aiba daripada Nino, sehingga membuat Nino begitu sakit hati dan hubungan Aiba dan Nino menjadi kurang baik sejak itu.
Bagi kehidupan Aiba, Nino adalah salah satu penyebab awal penderitaan yang ia alami selama ini. Iya, tragedi dalam hidup Aiba ini memang diawali dengan kelakuan Nino yang merebut pacar Aiba, sehingga setelah kejadian itu, seperti susunan kartu domino, musibah beruntun menimpa hidup Aiba dan semuanya hancur berguguran dalam waktu sekejap. Tidak cukup sampai di situ, Nino juga yang meledek Aiba habis-habisan ketika Aiba sedang benar-benar merasa sendiri dan terbuang, saat ia dikeluarkan dari sekolah karena hamil.
Sudah cukup lama Aiba memendam kekesalan pada Nino, meskipun sama sekali ia tidak merasa dendam, karena Nino adalah mantan sahabat baiknya. Sudah sejak lama Aiba berusaha menerima takdir yang sudah digariskan untuknya, karena itu, bisa dianggap, sekarang ia sudah bisa memaafkan Nino bahkan sebelum orang itu meminta maaf.
Hanya saja, semua perilaku Nino di masa lalu yang telah begitu menyakitinya membuat Aiba menjadi tak mudah untuk mempercayai pendengarannya bahwa seorang Ninomiya Kazunari dapat tiba-tiba saja memohon maaf kepadanya setelah sekian lama mereka tidak bertemu.
“aku minta maaf karena sudah sempat membuat orang yang paling kau kasihi berpaling darimu…” kata Nino dengan suara agak bergetar dan mata yang mulai tergenang air mata, sementara Aiba hanya memandang Nino dengan wajah bingung harus bereaksi seperti apa.
“apa Nino bersungguh-sungguh?” pikir Aiba.
“aku terlalu mencintainya, dia cinta pertamaku… Waktu dia cerita padaku bahwa kalian sudah resmi berpacaran, aku sungguh kecewa, jadi aku selalu berusaha mencari celah agar dapat mengganggu hubungan kalian berdua…” kata Nino sambil menunduk.
“aku… iri padamu yang mengandung anaknya…! Aku juga marah padanya yang telah menipuku dengan berkata bahwa kau tak pernah mengizinkannya menyentuhmu sehingga aku mengizinkannya menyentuh tubuhku meskipun aku harus menerima bahwa dalam pikirannya hanya ada dirimu…”
“kelihatannya kali ini ia bersungguh-sungguh” kata Aiba dalam hati.
“Jadi… Aku mengejekmu waktu kau dikeluarkan dari sekolah. Aku sungguh minta maaf karena sudah menambah penderitaanmu… Waktu itu… Aku masih sangat muda… Aku… Tak menyangka semuanya berakhir jadi seperti itu, sungguh…” kata Nino sambil membungkuk dalam-dalam dengan terus menitikkan air mata.
Aiba memberanikan diri memegang erat tangan Nino, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Mencoba memberi kesempatan sekali lagi pada mantan sahabatnya, mungkin memang tidak ada salahnya.
“aku sudah melupakan masalah itu, Nino… Sekarang aku sudah baik-baik saja, kau tak perlu mengkhawatirkan aku… Semua sudah berlalu…” kata Aiba sambil tersenyum lembut.
“benarkah?” kata Nino sambil memandang Aiba dengan matanya yang masih merah.
“sungguh… Aku sudah tidak apa-apa. Hidupku sekarang baik-baik saja” kata Aiba.
“Terima kasih… Aiba… Terima kasih…” kata Nino sambil menjabat erat tangan Aiba dengan kedua tangannya, menundukkan dahinya ke kedua tangan mereka.
“jadi… Apa kita… bisa berteman baik lagi?” tanya Nino ragu-ragu sambil memandang Aiba.
“un~ kenapa tidak?” jawab Aiba sambil mengangguk.
“syukurlah… Sudah lama aku mencemaskan hal ini…” kata Nino sambil menghapus air matanya.
“tenanglah… Tidak apa-apa… Kau jadi seperti orang yang berbeda, Nino. Lucu sekali melihatmu sensitif seperti ini… Fufufu…” kata Aiba mencoba bercanda. Nino tersenyum malu mendengar candaan Aiba. Memang tidak biasanya seorang Ninomiya Kazunari yang angkuh berubah sikap menjadi seperti ini.
“uhm... itu… sudah berapa bulan?” tanya Aiba tiba-tiba dengan ekspresi wajah ingin tahu sambil menunjuk perut Nino yang membuncit.
“ahhhh~ Kau menyadarinya? Uhm… Sudah memasuki lima bulan, aku dan kekasihku tadi baru saja pulang dari dokter” kata Nino dengan wajah sumringah.
“wah… Selamat, Nino!!! Aku ikut senang mendengarnya…” kata Aiba sambil menyalami Nino.
“terima kasih… ku harap, dengan kau memaafkanku atas semua kesalahanku, aku nanti tak akan menurunkan sifat jahatku ke anakku” kata Nino.
“kau orang yang baik, Nino… Percayalah… Kau orang yang baik. Berhenti menyalahkan diri sendiri” kata Aiba sambil membelai rambut Nino.
“Semoga saja… Terima kasih, Aiba…” kata Nino sambil tersenyum.
“oh iya, ngomong-ngomong… Bagaimana kabarnya dengan anakmu, Aiba-kun?” tanya Nino.
“anakku…? Err…” kata Aiba yang kemudian langsung terpotong suara seseorang yang tiba-tiba memeluk Nino dari belakang.
“Nino… Nino… Nino…, aku mencarimu kemana-mana, kau tahu” kata pria yang memeluk Nino dari belakang. Kelihatan sekali orang itu begitu posesif dan ingin menunjukkan pada Aiba bahwa orang yang sedang dipeluknya sekarang adalah miliknya, membuat Aiba tersenyum simpul.
“Oh-chan… Aku tak kemana-mana… Hanya mengobrol sebentar dengan teman lamaku… Iya khan, Aiba?” kata Nino sambil memandang Aiba dan hanya dijawab dengan senyuman serta anggukan kepala.
“Oh iya, Aiba… Kenalkan, ini Ohno Satoshi, kekasihku. Oh-chan, ini Aiba Masaki, sahabatku waktu SMA” kata Nino mencoba memperkenalkan Aiba dan Ohno.
“Ahhh~ doumo…” kata Ohno sambil membungkukkan badan sedikit.
Belum sempat Aiba dan Ohno mengobrol, tiba-tiba Sakurai Sho keluar dari ruangannya.
“Ahhh~ Di sini kau rupanya, Aiba-kun. Aku membutuhkanmu sekarang, ayo ikut aku sebentar” kata Sho yang langsung menarik tangan Aiba dan mengajaknya pergi, dengan sebelumnya mengangguk sedikit tanda menghormati Ohno dan pria yang ada di sebelah Ohno.
“sampai bertemu lagi Nino… Jaga kesehatanmu…” kata Aiba sambil melambaikan tangan dan berjalan mengikuti Sho.
“aku tidak tahu kalau kau punya sahabat waktu SMA” kata Ohno pada Nino begitu Aiba dan Sho sudah menghilang dari pandangan.
“kami baru kembali menjadi sahabat, setelah bermusuhan cukup lama” jawab Nino.
“hah?! Maksudmu?” tanya Ohno bingung.
“kami punya mantan pacar yang sama… Err… bukan, lebih tepatnya, aku sempat merebut pacar Aiba, jadi kami dulu jadi tidak akrab karena ini” kata Nino.
“memang sehebat apa orang itu sampai kau merebutnya dari Aiba?” tanya Ohno sinis.
“seseorang… Yang jelas, dia tampan sekali” jawab Nino sambil melirik Ohno penuh arti.
Ohno hanya diam, tapi terlihat jelas bahwa wajahnya tiba-tiba berubah menjadi kesal.
“kau cemburu ya?” kata Nino sambil menggelendoti tangan Ohno dengan wajah manja.
“tidak” jawab Ohno yang kemudian berdiri.
“cem-bu-ru…” kata Nino meledek sambil menyentuh hidung Ohno.
“tidak, ayo kita pulang…!” perintah Ohno dengan wajah kesal.
“jangan cemburu lagi, ok, nanti aku ceritakan di rumah” kata Nino yang kemudian mencium pipi Ohno, dan mereka berdua pun pergi meninggalkan kantor Sho.
Reality life is seriously killing me... And I haven't finish yet with those problem, so I think I should take another break until I can finish it... Arrrghhh!! (>,<)
Ok, whatever, enggak usah dipikirin kapan mau istirahatnya, yang penting update fanfic ini dululah ya... Udah gemes! xDDD"
Seperti janji untuk kembali datang pada hari setelah hari Kamis *liat jam*, jadi inilah saatnya membuat update... Yeay~!
Selamat membaca... ^^

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Detektif Ohno Satoshi mulai membuka laptopnya lalu memperlihatkan sebuah video pada Sakurai Sho. Sebuah video bergambar hitam putih dengan pencahayaan dan kualitas kurang baik, tapi masih dapat terlihat ada bayangan-bayangan hitam, pergerakan orang-orang di dalam video itu.
“dari video cctv ini, anda dapat melihat bahwa hari itu, pria bernama Matsumoto Jun yang anda maksud itu masuk ke hotel sekitar jam 9 malam, lalu langsung menuju bar yang terdapat di dekat lobby utama” kata Ohno sambil menggunakan telunjuknya untuk menunjuk gambar seseorang yang berjalan di video itu.
Sho memperhatikan gambar di video itu dengan seksama. Ia mungkin lupa dengan wajah Matsumoto Jun, tetapi ia ingat bahwa memang kira-kira seperti itulah, postur orang yang bersamanya malam itu.
“begitu sampai di bar, ia duduk sambil memesan minuman, yang sepertinya mengandung alkohol. Lalu, setengah jam kemudian… Ada dua pria yang menghampirinya, mereka berbicara sejenak, kemudian dua pria itu pergi lagi” kata Ohno sambil menunjuk dua pria yang tampaknya merupakan pasangan, karena dari gambar terlihat keduanya beberapa kali bercumbu di depan umum.
Sho masih tak memberikan komentar apapun, ia masih serius memperhatikan penjelasan Ohno.
“dua orang itu, kemudian naik ke lantai dua. Dan satu jam kemudian, Matsumoto Jun, naik ke lantai sembilan, lalu mengetuk kamar anda. Ia masuk, lalu tidak keluar lagi hingga keesokan harinya. Karena tak ada cctv di dalam kamar, maka saya hanya dapat memantau kegiatan anda berdua dari cctv yang dipasang di luar. Selanjutnya…” kata Ohno.
Ohno memandang Sho dengan pandangan agak ragu untuk meneruskan penjelasan selanjutnya.
“ada apa? Kenapa berhenti? Ayo teruskan penjelasanmu…” perintah Sho agak bingung.
“ini mungkin agak menyedihkan, tapi silahkan anda perhatikan video berikut” kata Ohno sambil mengganti video ke video lain.
“pagi hari, orang ini… Uhm… Saya rasa ini anda, keluar buru-buru dari kamar. Satu jam kemudian, pria bernama Matsumoto Jun itu keluar dari kamar, sambil sebelah tangannya memegangi pinggangnya dan berjalan tertatih menuju lift sambil merambat berpegangan pada dinding” kata Ohno.
Sho membentuk huruf O dengan mulutnya, matanya terbelalak karena terkejut dengan apa yang dilihatnya.
“orang ini kemudian menuju bagian receptionist, saya duga, ia mencari tahu nama anda. Tapi karena prosedur hotel tersebut harus merahasiakan identitas tamunya, maka petugas tidak dapat memberitahukan identitas anda” kata Ohno, sementara Sho tidak bereaksi.
“tampaknya orang ini kesal, sampai nyaris membuat keributan dengan receptionist, karena itu, orang ini diamankan oleh satpam lalu diseret keluar hotel” kata Ohno sambil menunjuk gambar orang yang sedang diseret keluar hotel.
“kamera cctv kehilangan jejak orang ini, setelah ia diseret keluar hotel. Sekian” kata Ohno sambil kemudian menutup video yang tadi ia buka.
Sho hanya dapat meletakkan kedua tangannya untuk menopang kepalanya. Terdiam. Perasaannya tiba-tiba menjadi campur aduk, antara sedih, iba dan merasa bersalah.
“apa yang sudah ku lakukan??!!!” jerit Sho dalam hati. Ia sungguh tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia benar-benar sudah melakukan kesalahan yang sangat besar pada orang yang ada di video itu.
Di luar ruangan Sho…
Nino dan Aiba sedang duduk berhadapan, dari tatapan keduanya, tanpa mendengar pembicaraan mereka pun, sudah jelas terlihat bahwa mereka sedang berbicara hal yang serius.
“bagaimana kabarmu sekarang, Aiba?” tanya Nino.
“kabar baik, uhm… bagaimana kabarmu?” tanya Aiba, ragu-ragu. Seakan sedang berusaha melindungi dirinya sekuat mungkin untuk bersiap menghadapi serangan yang bisa saja tiba-tiba muncul.
“aku juga baik, uhm… sebenarnya, sudah lama sekali aku ingin menemuimu Aiba, tapi aku tak tahu bagaimana cara untuk menemukanmu” kata Nino.
“kau ingin bertemu denganku? Untuk apa?” tanya Aiba semakin siaga, takut Nino kembali bermaksud jahat padanya.
“aku… Uhm... Aku ingin meminta maaf padamu… Aku memohon ampunanmu… Atas semua kesalahan yang pernah aku buat dulu” kata Nino sambil memegang tangan Aiba.
“hah? minta maaf kepadaku?” tanya Aiba bingung dengan tangan gemetar, terkejut dengan tangan Nino yang memegangnya.
Aiba ingat dengan jelas bahwa Nino memang sudah banyak menyakitinya dahulu. Awalnya, Nino memang sahabat baik Aiba, tapi itu hanya berlangsung hingga mereka sama-sama tahu bahwa ternyata mereka mencintai orang yang sama. Orang yang mereka cintai itu ternyata lebih memilih Aiba daripada Nino, sehingga membuat Nino begitu sakit hati dan hubungan Aiba dan Nino menjadi kurang baik sejak itu.
Bagi kehidupan Aiba, Nino adalah salah satu penyebab awal penderitaan yang ia alami selama ini. Iya, tragedi dalam hidup Aiba ini memang diawali dengan kelakuan Nino yang merebut pacar Aiba, sehingga setelah kejadian itu, seperti susunan kartu domino, musibah beruntun menimpa hidup Aiba dan semuanya hancur berguguran dalam waktu sekejap. Tidak cukup sampai di situ, Nino juga yang meledek Aiba habis-habisan ketika Aiba sedang benar-benar merasa sendiri dan terbuang, saat ia dikeluarkan dari sekolah karena hamil.
Sudah cukup lama Aiba memendam kekesalan pada Nino, meskipun sama sekali ia tidak merasa dendam, karena Nino adalah mantan sahabat baiknya. Sudah sejak lama Aiba berusaha menerima takdir yang sudah digariskan untuknya, karena itu, bisa dianggap, sekarang ia sudah bisa memaafkan Nino bahkan sebelum orang itu meminta maaf.
Hanya saja, semua perilaku Nino di masa lalu yang telah begitu menyakitinya membuat Aiba menjadi tak mudah untuk mempercayai pendengarannya bahwa seorang Ninomiya Kazunari dapat tiba-tiba saja memohon maaf kepadanya setelah sekian lama mereka tidak bertemu.
“aku minta maaf karena sudah sempat membuat orang yang paling kau kasihi berpaling darimu…” kata Nino dengan suara agak bergetar dan mata yang mulai tergenang air mata, sementara Aiba hanya memandang Nino dengan wajah bingung harus bereaksi seperti apa.
“apa Nino bersungguh-sungguh?” pikir Aiba.
“aku terlalu mencintainya, dia cinta pertamaku… Waktu dia cerita padaku bahwa kalian sudah resmi berpacaran, aku sungguh kecewa, jadi aku selalu berusaha mencari celah agar dapat mengganggu hubungan kalian berdua…” kata Nino sambil menunduk.
“aku… iri padamu yang mengandung anaknya…! Aku juga marah padanya yang telah menipuku dengan berkata bahwa kau tak pernah mengizinkannya menyentuhmu sehingga aku mengizinkannya menyentuh tubuhku meskipun aku harus menerima bahwa dalam pikirannya hanya ada dirimu…”
“kelihatannya kali ini ia bersungguh-sungguh” kata Aiba dalam hati.
“Jadi… Aku mengejekmu waktu kau dikeluarkan dari sekolah. Aku sungguh minta maaf karena sudah menambah penderitaanmu… Waktu itu… Aku masih sangat muda… Aku… Tak menyangka semuanya berakhir jadi seperti itu, sungguh…” kata Nino sambil membungkuk dalam-dalam dengan terus menitikkan air mata.
Aiba memberanikan diri memegang erat tangan Nino, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Mencoba memberi kesempatan sekali lagi pada mantan sahabatnya, mungkin memang tidak ada salahnya.
“aku sudah melupakan masalah itu, Nino… Sekarang aku sudah baik-baik saja, kau tak perlu mengkhawatirkan aku… Semua sudah berlalu…” kata Aiba sambil tersenyum lembut.
“benarkah?” kata Nino sambil memandang Aiba dengan matanya yang masih merah.
“sungguh… Aku sudah tidak apa-apa. Hidupku sekarang baik-baik saja” kata Aiba.
“Terima kasih… Aiba… Terima kasih…” kata Nino sambil menjabat erat tangan Aiba dengan kedua tangannya, menundukkan dahinya ke kedua tangan mereka.
“jadi… Apa kita… bisa berteman baik lagi?” tanya Nino ragu-ragu sambil memandang Aiba.
“un~ kenapa tidak?” jawab Aiba sambil mengangguk.
“syukurlah… Sudah lama aku mencemaskan hal ini…” kata Nino sambil menghapus air matanya.
“tenanglah… Tidak apa-apa… Kau jadi seperti orang yang berbeda, Nino. Lucu sekali melihatmu sensitif seperti ini… Fufufu…” kata Aiba mencoba bercanda. Nino tersenyum malu mendengar candaan Aiba. Memang tidak biasanya seorang Ninomiya Kazunari yang angkuh berubah sikap menjadi seperti ini.
“uhm... itu… sudah berapa bulan?” tanya Aiba tiba-tiba dengan ekspresi wajah ingin tahu sambil menunjuk perut Nino yang membuncit.
“ahhhh~ Kau menyadarinya? Uhm… Sudah memasuki lima bulan, aku dan kekasihku tadi baru saja pulang dari dokter” kata Nino dengan wajah sumringah.
“wah… Selamat, Nino!!! Aku ikut senang mendengarnya…” kata Aiba sambil menyalami Nino.
“terima kasih… ku harap, dengan kau memaafkanku atas semua kesalahanku, aku nanti tak akan menurunkan sifat jahatku ke anakku” kata Nino.
“kau orang yang baik, Nino… Percayalah… Kau orang yang baik. Berhenti menyalahkan diri sendiri” kata Aiba sambil membelai rambut Nino.
“Semoga saja… Terima kasih, Aiba…” kata Nino sambil tersenyum.
“oh iya, ngomong-ngomong… Bagaimana kabarnya dengan anakmu, Aiba-kun?” tanya Nino.
“anakku…? Err…” kata Aiba yang kemudian langsung terpotong suara seseorang yang tiba-tiba memeluk Nino dari belakang.
“Nino… Nino… Nino…, aku mencarimu kemana-mana, kau tahu” kata pria yang memeluk Nino dari belakang. Kelihatan sekali orang itu begitu posesif dan ingin menunjukkan pada Aiba bahwa orang yang sedang dipeluknya sekarang adalah miliknya, membuat Aiba tersenyum simpul.
“Oh-chan… Aku tak kemana-mana… Hanya mengobrol sebentar dengan teman lamaku… Iya khan, Aiba?” kata Nino sambil memandang Aiba dan hanya dijawab dengan senyuman serta anggukan kepala.
“Oh iya, Aiba… Kenalkan, ini Ohno Satoshi, kekasihku. Oh-chan, ini Aiba Masaki, sahabatku waktu SMA” kata Nino mencoba memperkenalkan Aiba dan Ohno.
“Ahhh~ doumo…” kata Ohno sambil membungkukkan badan sedikit.
Belum sempat Aiba dan Ohno mengobrol, tiba-tiba Sakurai Sho keluar dari ruangannya.
“Ahhh~ Di sini kau rupanya, Aiba-kun. Aku membutuhkanmu sekarang, ayo ikut aku sebentar” kata Sho yang langsung menarik tangan Aiba dan mengajaknya pergi, dengan sebelumnya mengangguk sedikit tanda menghormati Ohno dan pria yang ada di sebelah Ohno.
“sampai bertemu lagi Nino… Jaga kesehatanmu…” kata Aiba sambil melambaikan tangan dan berjalan mengikuti Sho.
“aku tidak tahu kalau kau punya sahabat waktu SMA” kata Ohno pada Nino begitu Aiba dan Sho sudah menghilang dari pandangan.
“kami baru kembali menjadi sahabat, setelah bermusuhan cukup lama” jawab Nino.
“hah?! Maksudmu?” tanya Ohno bingung.
“kami punya mantan pacar yang sama… Err… bukan, lebih tepatnya, aku sempat merebut pacar Aiba, jadi kami dulu jadi tidak akrab karena ini” kata Nino.
“memang sehebat apa orang itu sampai kau merebutnya dari Aiba?” tanya Ohno sinis.
“seseorang… Yang jelas, dia tampan sekali” jawab Nino sambil melirik Ohno penuh arti.
Ohno hanya diam, tapi terlihat jelas bahwa wajahnya tiba-tiba berubah menjadi kesal.
“kau cemburu ya?” kata Nino sambil menggelendoti tangan Ohno dengan wajah manja.
“tidak” jawab Ohno yang kemudian berdiri.
“cem-bu-ru…” kata Nino meledek sambil menyentuh hidung Ohno.
“tidak, ayo kita pulang…!” perintah Ohno dengan wajah kesal.
“jangan cemburu lagi, ok, nanti aku ceritakan di rumah” kata Nino yang kemudian mencium pipi Ohno, dan mereka berdua pun pergi meninggalkan kantor Sho.
no subject
Date: 2011-05-12 07:11 pm (UTC)tapi bener kan~ ohmiya~~ <3 *ya iyalah, kan di tulisan pairing juga uda jelas* nyahahahaha
thanks for update ^^
no subject
Date: 2011-05-13 04:24 pm (UTC)Soal OhMiya.... Hahaha... kalo udah ditulis di atas masih belum ngeh juga ada pair ini, ya salah banget. LOL
no subject
Date: 2011-05-12 10:53 pm (UTC)aiba and nino love jun but jun choose aiba...
then bcoz of something, jun had gone to the hotel to meet sho and aiba found out about it...
i wonder if sho'll get to know that the jun he's looking for was aiba's boyfriend ... nino's gonna tell ohno right, so i guess sho'll know at some point....
cant wait for next ^^
no subject
Date: 2011-05-13 04:26 pm (UTC)I'll update the next chapter, right after this. ^^
no subject
Date: 2011-05-13 04:06 am (UTC)seneng liat mereka bisa sahabatan lagi..
dan nino hamil y???
jadi pengen liat anaknya nie..
smoga gak ketularan sifat jahilnya nino..
dan apa yg bakal dilakuin ma sakuraiba y??
lanjut ^^
no subject
Date: 2011-05-13 04:28 pm (UTC)Mari dibaca di chapter selanjutnya. Fufufufu..