Delusion (Chapter 5)
May. 4th, 2011 09:53 pm![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png){kind=small}
kashikutaUpdate lagiiiii~ (^___^)
Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Keesokan harinya…
Aiba terbangun setelah mencium wangi masakan yang tak jauh darinya, diiringi bunyi berisik entah dari mana. Aiba membuka matanya pelan, melihat ke sekeliling ruangan yang kini ditempatinya. Tempat ia berada kini, berbeda dengan tadi malam. Ruangannya sedikit lebih remang-remang, tetapi tidak menakutkan. Dari wanginya, ruangan ini jelas bukan rumah sakit. Meskipun Aiba masih dapat merasakan infus di tangannya, tetapi jelas, ia sudah dipindahkan dari tempat yang mengerikan baginya itu.
Terlihat seseorang masuk ke ruangan itu, sekejap ruangan menjadi terang karena orang itu menyalakannya.
“Ohayou, Aiba-kun… Kau sudah bangun rupanya… Sudah merasa lebih baik?” tanya pria di depan Aiba.
“Sho?” jawab Aiba dengan wajah bingung.
“kau bisa tenang sekarang… Kita sudah tidak berada di rumah sakit” jawab Sho yang kemudian duduk di samping Aiba lalu meletakkan baki, yang tadi ia bawa dari luar, di dekat tempat tidur Aiba.
“dimana kita sekarang?” tanya Aiba.
“di apartemenku” jawab Sho.
“HAH?!” Aiba terkejut.
“Iya, semalam kau tampak begitu ketakutan dengan rumah sakit, aku juga tidak terbiasa tidur di sofa, jadi ku putuskan untuk membawamu ke sini” kata Sho.
“maaf, karena sudah merepotkan…” kata Aiba dengan wajah murung.
Ia memang tak pernah berniat untuk merepotkan Sho yang sudah begitu baik padanya mau menolongnya saat pingsan di jalan, tapi, bayangan dari masa lalu saat terakhir kali dirinya di rawat di rumah sakit benar-benar membuatnya kini tak sanggup untuk lama-lama berada di tempat itu. Karena itu, kemarin ia begitu ngotot minta dikeluarkan dari sana.
“seharusnya, kata terima kasih saja sudah cukup…” kata Sho.
“ahhh… Maaf, tentu saja, hontou ni arigatou…” kata Aiba sambil membungkuk di depan Sho meskipun masih dalam posisi duduk di tempat tidur.
“kau pasti kelaparan, aku membuatkanmu bubur untuk kau makan. Hanya bubur instan karena aku tak bisa memasak, tapi sepertinya rasanya lumayan” kata Sho sambil meletakkan baki berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.
“arigatou…” kata Aiba sambil mengambil bubur yang ada di hadapannya dan mulai makan dengan lahap. Ia memang sudah merasa sangat kelaparan, ia bahkan lupa kapan terakhir ia makan.
“kau harus banyak makan. Kata dokter, kau jarang makan dan terlalu banyak mengkonsumsi alkohol makanya jadi sakit seperti ini” kata Sho.
“huh?” Aiba menatap Sho dengan wajah bingung. Ia tak menyangka, Sho akan tetap bersedia menolongnya meskipun Sho sudah tahu bahwa ia sebenarnya sakit karena terlalu banyak minum minuman keras.
“hahaha… tapi tetap, harus makan dengan hati-hati. Jangan berantakan seperti ini” kata Sho sambil mendekatkan telunjuk dan jempolnya ke arah bibir Aiba, lalu membersihkan bubur yang berantakan di sekitar mulut pria itu, membuat Aiba sedikit terkejut.
“ahhh~ Maaf…” kata Aiba dengan wajah bersemu merah lalu membersihkan bibirnya sendiri dengan tangannya. Sho sendiri menatap Aiba dengan tatapan yang nanar, ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar ketika melihat orang yang ada di hadapannya itu, tapi ia tak tahu mengapa.
Sore itu…
Sho pulang setelah seharian beraktivitas di kantor. Ia langsung menuju apartemennya dan bergegas masuk untuk menemui Aiba yang sudah ia tinggalkan seharian di dalam apartemen. Setelah berada di dalam kamar, Sho tetap tak melihat keberadaan Aiba.
Sho kemudian menuju dapur karena mencium harum masakan.
“mungkin Aiba ada di dapur” pikirnya.
Tapi setelah sampai di tempat itu, Sho tetap tak dapat melihat sosok Aiba. Ia hanya melihat ada sekotak pizza dengan ada sebuah surat di atasnya.
Terima kasih sudah menjagaku. Aku sekarang sudah baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir lagi.
Karena tak ada bahan makanan di lemari es mu, kurasa kau akan kelaparan ketika pulang, jadi aku membelikanmu seafood pizza. Semoga kau menyukainya.
- Masaki Aiba –
“pizza isi seafood? Bagaimana kau bisa tahu makanan kesukaanku? Tapi… Apapun itu, haaaahh~ kenapa kau pergi disaat aku tak ada, Aiba-kuuuuun…” kata Sho dalam hati, kecewa, sambil duduk lemas di kursi meja makan.
Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Keesokan harinya…
Aiba terbangun setelah mencium wangi masakan yang tak jauh darinya, diiringi bunyi berisik entah dari mana. Aiba membuka matanya pelan, melihat ke sekeliling ruangan yang kini ditempatinya. Tempat ia berada kini, berbeda dengan tadi malam. Ruangannya sedikit lebih remang-remang, tetapi tidak menakutkan. Dari wanginya, ruangan ini jelas bukan rumah sakit. Meskipun Aiba masih dapat merasakan infus di tangannya, tetapi jelas, ia sudah dipindahkan dari tempat yang mengerikan baginya itu.
Terlihat seseorang masuk ke ruangan itu, sekejap ruangan menjadi terang karena orang itu menyalakannya.
“Ohayou, Aiba-kun… Kau sudah bangun rupanya… Sudah merasa lebih baik?” tanya pria di depan Aiba.
“Sho?” jawab Aiba dengan wajah bingung.
“kau bisa tenang sekarang… Kita sudah tidak berada di rumah sakit” jawab Sho yang kemudian duduk di samping Aiba lalu meletakkan baki, yang tadi ia bawa dari luar, di dekat tempat tidur Aiba.
“dimana kita sekarang?” tanya Aiba.
“di apartemenku” jawab Sho.
“HAH?!” Aiba terkejut.
“Iya, semalam kau tampak begitu ketakutan dengan rumah sakit, aku juga tidak terbiasa tidur di sofa, jadi ku putuskan untuk membawamu ke sini” kata Sho.
“maaf, karena sudah merepotkan…” kata Aiba dengan wajah murung.
Ia memang tak pernah berniat untuk merepotkan Sho yang sudah begitu baik padanya mau menolongnya saat pingsan di jalan, tapi, bayangan dari masa lalu saat terakhir kali dirinya di rawat di rumah sakit benar-benar membuatnya kini tak sanggup untuk lama-lama berada di tempat itu. Karena itu, kemarin ia begitu ngotot minta dikeluarkan dari sana.
“seharusnya, kata terima kasih saja sudah cukup…” kata Sho.
“ahhh… Maaf, tentu saja, hontou ni arigatou…” kata Aiba sambil membungkuk di depan Sho meskipun masih dalam posisi duduk di tempat tidur.
“kau pasti kelaparan, aku membuatkanmu bubur untuk kau makan. Hanya bubur instan karena aku tak bisa memasak, tapi sepertinya rasanya lumayan” kata Sho sambil meletakkan baki berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.
“arigatou…” kata Aiba sambil mengambil bubur yang ada di hadapannya dan mulai makan dengan lahap. Ia memang sudah merasa sangat kelaparan, ia bahkan lupa kapan terakhir ia makan.
“kau harus banyak makan. Kata dokter, kau jarang makan dan terlalu banyak mengkonsumsi alkohol makanya jadi sakit seperti ini” kata Sho.
“huh?” Aiba menatap Sho dengan wajah bingung. Ia tak menyangka, Sho akan tetap bersedia menolongnya meskipun Sho sudah tahu bahwa ia sebenarnya sakit karena terlalu banyak minum minuman keras.
“hahaha… tapi tetap, harus makan dengan hati-hati. Jangan berantakan seperti ini” kata Sho sambil mendekatkan telunjuk dan jempolnya ke arah bibir Aiba, lalu membersihkan bubur yang berantakan di sekitar mulut pria itu, membuat Aiba sedikit terkejut.
“ahhh~ Maaf…” kata Aiba dengan wajah bersemu merah lalu membersihkan bibirnya sendiri dengan tangannya. Sho sendiri menatap Aiba dengan tatapan yang nanar, ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar ketika melihat orang yang ada di hadapannya itu, tapi ia tak tahu mengapa.
Sore itu…
Sho pulang setelah seharian beraktivitas di kantor. Ia langsung menuju apartemennya dan bergegas masuk untuk menemui Aiba yang sudah ia tinggalkan seharian di dalam apartemen. Setelah berada di dalam kamar, Sho tetap tak melihat keberadaan Aiba.
Sho kemudian menuju dapur karena mencium harum masakan.
“mungkin Aiba ada di dapur” pikirnya.
Tapi setelah sampai di tempat itu, Sho tetap tak dapat melihat sosok Aiba. Ia hanya melihat ada sekotak pizza dengan ada sebuah surat di atasnya.
Terima kasih sudah menjagaku. Aku sekarang sudah baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir lagi.
Karena tak ada bahan makanan di lemari es mu, kurasa kau akan kelaparan ketika pulang, jadi aku membelikanmu seafood pizza. Semoga kau menyukainya.
- Masaki Aiba –
“pizza isi seafood? Bagaimana kau bisa tahu makanan kesukaanku? Tapi… Apapun itu, haaaahh~ kenapa kau pergi disaat aku tak ada, Aiba-kuuuuun…” kata Sho dalam hati, kecewa, sambil duduk lemas di kursi meja makan.
![[identity profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/openid.png){kind=small}
no subject
Date: 2011-05-04 04:30 am (UTC)oh things getting confusing...
i wonder if aiba n sho knew each other before..
no subject
Date: 2011-05-04 03:53 pm (UTC)Hmmm... You know what, sometimes I was facinated by your comments. xDDD
no subject
Date: 2011-05-04 10:43 pm (UTC)no subject
Date: 2011-05-04 08:56 am (UTC)cepet bgt nie updatenya..
lagi dapet banyak inspirasi y??
wah..
kayaknya sho perhatian amat ma aiba y??
jangan2 mulai ada rasa tuh..
masi penasaran sama masa lalu mereka berdua..
thanks for sharing ^^
lanjut ^^
no subject
Date: 2011-05-04 03:55 pm (UTC)Masa lalu mereka bakal muncul sedikit demi sedikit, tersebar di semua chapter. Tunggu aja... Fufufu...
Thanks for the comment.. ^^
no subject
Date: 2011-05-04 04:26 pm (UTC)uwaaa...aiba tau makanan kesukaannya sho...hmmm....
jangan2 dari matsujun? XD
jangan2 bener lagi mereka berdua mantan matsujun XD
terus si matsujun cerita2 tentang sho ke aiba, ahihi *khayalan liar*
no subject
Date: 2011-05-05 02:37 am (UTC)Uhmmmmmmmmmmmmm.. Apa ya... Gak bisa jawab...
Imajinasi yang terlalu jauh itu... xDDD