Delusion (Chapter 4)
May. 3rd, 2011 01:36 pm![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png)
Pengen sering2 publish FF ini, tapi sibuuuuuuuuuuuk, huaaaaa... (TT ^ TT)

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Sore itu, Sakurai Sho pulang kantor sedikit larut malam hingga kantor hampir tutup. Ia kini sudah masuk ke mobilnya sambil bersandar ke kursi belakang. Mobilnya mulai berjalan pelan melewati tempat parkir, lalu keluar dari kantornya.
“berhenti sebentar!” perintah Sho begitu melihat sosok Aiba sedang berjalan tak jauh dari mobilnya. Aiba sedang menyandarkan kepalanya ke sebuah tiang lampu penerangan kantor.
“Aiba-kun?” sapa Sho, setelah turun dari mobil menghampiri Aiba.
“Sho?” jawab Aiba dengan suara lemah sambil melihat Sho nanar.
“kau baik-baik saja?” tanya Sho agak bingung, melihat kondisi Aiba.
“aku… Tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing” kata Aiba sambil memegang kepalanya.
“benarkah?” kata Sho yang kemudian memegang tangan Aiba.
“tanganmu terasa dingin” kata Sho lagi.
Tiba-tiba…
“Oii… Aiba-kun…? Kau kenapa? Aiba-kun?” kata Sho dengan nada panik, setelah tubuh Aiba tumbang di depan matanya. Dengan cepat, Sho langsung mengangkat tubuh Aiba dan membopongnya masuk ke mobil.
“kita ke rumah sakit, sekarang!” perintah Sho pada supirnya dengan tubuh Aiba masih di dalam pelukannya.
“buka matamu Aiba-kun… Katakan sesuatu padaku…” kata Sho sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aiba, tapi orang yang berada di pangkuannya itu tak memberikan reaksi apapun.
======================================
“saat dibawa ke sini, keadaanya sudah cukup parah, Pak dokter” kata seorang suster pada sang dokter yang ada di sebelahnya.
“lalu bagaimana kondisinya sekarang?” tanya dokter pada suster.
“masih lemah, tapi sudah mulai dapat diajak berbicara” jawab suster.
“ok, coba saya cek lebih lanjut” kata dokter.
“tuan Aiba Masaki… Apa anda dapat mendengar saya?” tanya dokter.
Aiba pelan-pelan membuka matanya.
“A…ku… sedang ada… dimana?” tanya Aiba.
“di rumah sakit, syukurlah anda sudah sadar kembali. Apa ada yang terasa sakit?” tanya dokter.
“sakit…? Uhm…” kata Aiba, sambil meraba bagian perutnya.
“eeeehhh??? Bayiku… Ouch… Dimana bayiku???!!!” kata Aiba yang langsung berusaha bangun setelah menyadari perutnya sudah kembali rata seperti sedia kala.
“tenang… tuan Aiba… Anda belum sehat benar, jangan banyak bergerak” perintah dokter meminta Aiba kembali berbaring dan tidak banyak bergerak.
“aku… aku… aku mau melihat bayiku… Apa dia baik-baik saja?” tanya Aiba sambil memegang erat tangan dokter.
“sebaiknya anda istirahat dulu…” kata dokter sambil menyuntikkan sesuatu ke selang infus Aiba.
“bayiku…” kata Aiba semakin melemah lalu kembali tertidur.
========================================
“bayiku~!” seru Aiba begitu terbangun dari tidurnya, dengan nafas terengah-engah.
Dengan wajah bingung, Aiba memandang sekelilingnya. Tempat baru yang asing baginya. Ini bukan ruangan kamarnya yang sempit, ini juga tentu saja bukan kantor karena ia yakin tadi sudah meninggalkan kantor sebelum pingsan.
Aiba mengendus sebentar setelah mencium suatu bau yang khas dari tempat itu, dengan takut-takut ia menoleh ke tangan kanannya, memperhatikan sesuatu yang sejak tadi membelenggu tangannya.
“infus?” katanya dalam hati, diikuti dengan keterkejutan luar biasa darinya.
“Waaaa…!! Keluarkan aku dari sini!!!” teriak Aiba sambil berusaha menarik jarum infus dari tangannya.
Sho yang sejak tadi ternyata menunggu Aiba dengan tidur di sofa yang tak jauh dari tempat tidur Aiba, menjadi terbangun.
“hei~! Apa yang kau lakukan, Aiba-kun?!” tanya Sho panik dan langsung menghampiri Aiba, lalu memeluknya erat-erat dari belakang untuk menghentikan aksinya.
“keluarkan aku dari sini, Sho!! Aku tidak mau ada di sini!!” kata Aiba dengan wajah ketakutan sambil memegang erat pergelangan tangan Sho.
“tidak bisa, ini sudah tengah malam dan kau sedang sakit. Kau harus ada di sini setidaknya sampai besok pagi” jawab Sho dari belakang telinga Aiba.
“aku tidak mauuu… Aku tidak suka tempat ini. Aku ingin pulang!!” kata Aiba dengan mata tergenang air mata, masih dengan memegang erat tangan Sho.
“tenanglah, Aiba-kun… Aku akan menemanimu di sini, kau tak perlu takut” kata Sho.
Tak lama, Sho dapat merasakan pegangan tangan Aiba padanya melemah tapi tubuh Aiba semakin berat bertumpu pada tubuh Sho.
“Aiba-kun?” tanya Sho, tapi orang yang di depannya ternyata tak memberikan reaksi apapun karena sudah kembali pingsan.
“hidup seperti apa yang pernah kau alami, Aiba-kun? Mengapa kau sampai seperti itu?” tanya sho lirih dalam hati.

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Sore itu, Sakurai Sho pulang kantor sedikit larut malam hingga kantor hampir tutup. Ia kini sudah masuk ke mobilnya sambil bersandar ke kursi belakang. Mobilnya mulai berjalan pelan melewati tempat parkir, lalu keluar dari kantornya.
“berhenti sebentar!” perintah Sho begitu melihat sosok Aiba sedang berjalan tak jauh dari mobilnya. Aiba sedang menyandarkan kepalanya ke sebuah tiang lampu penerangan kantor.
“Aiba-kun?” sapa Sho, setelah turun dari mobil menghampiri Aiba.
“Sho?” jawab Aiba dengan suara lemah sambil melihat Sho nanar.
“kau baik-baik saja?” tanya Sho agak bingung, melihat kondisi Aiba.
“aku… Tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing” kata Aiba sambil memegang kepalanya.
“benarkah?” kata Sho yang kemudian memegang tangan Aiba.
“tanganmu terasa dingin” kata Sho lagi.
Tiba-tiba…
“Oii… Aiba-kun…? Kau kenapa? Aiba-kun?” kata Sho dengan nada panik, setelah tubuh Aiba tumbang di depan matanya. Dengan cepat, Sho langsung mengangkat tubuh Aiba dan membopongnya masuk ke mobil.
“kita ke rumah sakit, sekarang!” perintah Sho pada supirnya dengan tubuh Aiba masih di dalam pelukannya.
“buka matamu Aiba-kun… Katakan sesuatu padaku…” kata Sho sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aiba, tapi orang yang berada di pangkuannya itu tak memberikan reaksi apapun.
======================================
“saat dibawa ke sini, keadaanya sudah cukup parah, Pak dokter” kata seorang suster pada sang dokter yang ada di sebelahnya.
“lalu bagaimana kondisinya sekarang?” tanya dokter pada suster.
“masih lemah, tapi sudah mulai dapat diajak berbicara” jawab suster.
“ok, coba saya cek lebih lanjut” kata dokter.
“tuan Aiba Masaki… Apa anda dapat mendengar saya?” tanya dokter.
Aiba pelan-pelan membuka matanya.
“A…ku… sedang ada… dimana?” tanya Aiba.
“di rumah sakit, syukurlah anda sudah sadar kembali. Apa ada yang terasa sakit?” tanya dokter.
“sakit…? Uhm…” kata Aiba, sambil meraba bagian perutnya.
“eeeehhh??? Bayiku… Ouch… Dimana bayiku???!!!” kata Aiba yang langsung berusaha bangun setelah menyadari perutnya sudah kembali rata seperti sedia kala.
“tenang… tuan Aiba… Anda belum sehat benar, jangan banyak bergerak” perintah dokter meminta Aiba kembali berbaring dan tidak banyak bergerak.
“aku… aku… aku mau melihat bayiku… Apa dia baik-baik saja?” tanya Aiba sambil memegang erat tangan dokter.
“sebaiknya anda istirahat dulu…” kata dokter sambil menyuntikkan sesuatu ke selang infus Aiba.
“bayiku…” kata Aiba semakin melemah lalu kembali tertidur.
========================================
“bayiku~!” seru Aiba begitu terbangun dari tidurnya, dengan nafas terengah-engah.
Dengan wajah bingung, Aiba memandang sekelilingnya. Tempat baru yang asing baginya. Ini bukan ruangan kamarnya yang sempit, ini juga tentu saja bukan kantor karena ia yakin tadi sudah meninggalkan kantor sebelum pingsan.
Aiba mengendus sebentar setelah mencium suatu bau yang khas dari tempat itu, dengan takut-takut ia menoleh ke tangan kanannya, memperhatikan sesuatu yang sejak tadi membelenggu tangannya.
“infus?” katanya dalam hati, diikuti dengan keterkejutan luar biasa darinya.
“Waaaa…!! Keluarkan aku dari sini!!!” teriak Aiba sambil berusaha menarik jarum infus dari tangannya.
Sho yang sejak tadi ternyata menunggu Aiba dengan tidur di sofa yang tak jauh dari tempat tidur Aiba, menjadi terbangun.
“hei~! Apa yang kau lakukan, Aiba-kun?!” tanya Sho panik dan langsung menghampiri Aiba, lalu memeluknya erat-erat dari belakang untuk menghentikan aksinya.
“keluarkan aku dari sini, Sho!! Aku tidak mau ada di sini!!” kata Aiba dengan wajah ketakutan sambil memegang erat pergelangan tangan Sho.
“tidak bisa, ini sudah tengah malam dan kau sedang sakit. Kau harus ada di sini setidaknya sampai besok pagi” jawab Sho dari belakang telinga Aiba.
“aku tidak mauuu… Aku tidak suka tempat ini. Aku ingin pulang!!” kata Aiba dengan mata tergenang air mata, masih dengan memegang erat tangan Sho.
“tenanglah, Aiba-kun… Aku akan menemanimu di sini, kau tak perlu takut” kata Sho.
Tak lama, Sho dapat merasakan pegangan tangan Aiba padanya melemah tapi tubuh Aiba semakin berat bertumpu pada tubuh Sho.
“Aiba-kun?” tanya Sho, tapi orang yang di depannya ternyata tak memberikan reaksi apapun karena sudah kembali pingsan.
“hidup seperti apa yang pernah kau alami, Aiba-kun? Mengapa kau sampai seperti itu?” tanya sho lirih dalam hati.
no subject
Date: 2011-05-03 04:36 pm (UTC)anaknya Jun?? >____<
nya nya nya~~ update soon nee-chan~~ #dilempar sepatu
no subject
Date: 2011-05-04 04:00 am (UTC)Siiph... Habis ini gue update yaph. ^^
no subject
Date: 2011-05-03 11:08 pm (UTC)is it jun's? >.<'
no subject
Date: 2011-05-04 04:01 am (UTC)Let's see what happen next, ne~ ^^
no subject
Date: 2011-05-04 03:56 am (UTC)bayinya sapa tuh??
jadi aiba keguguran y??
poor aiba..
smoga sho bisa bikin aiba bahagia lagi..
thanks for sharing ^^
wait the update
no subject
Date: 2011-05-04 04:03 am (UTC)Makasih buat komentarnya. :D
no subject
Date: 2011-05-04 10:09 am (UTC)beneran tuh??
trus kenapa dia benci rumah sakit y??
penasaran jadinya
no subject
Date: 2011-05-04 03:50 pm (UTC)Soal rumah sakit, nanti dijelasin juga, di chapter2 selanjutnya..