Delusion (Chapter 2)
May. 1st, 2011 07:07 pm![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png)
Mumpung hari minggu..
Mari kita keluarkan Chapter dua, yippie~ ^^

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Hari ini Sakurai Sho mulai masuk ke kantor barunya. Kantornya adalah sebuah perusahaan milik keluarga bernama Sakurai Corp. yang terkenal menjual berbagai macam produk parfum yang laris terjual di seluruh dunia. Karena lulusan luar negeri dan sempat bekerja di kantornya cabang di New York, kini Sho bertugas memimpin kantor pusat di Jepang menggantikan posisi ayahnya yang sekarang lebih memilih bersantai dengan mengurusi bisnis lain yang lebih kecil.
Sho kini berada di ruang kerjanya sendirian, setelah tadi selama berjam-jam ia bersama dengan seorang sekretaris pria yang merupakan mantan sekretaris ayahnya dulu yang kini bekerja padanya.
Sho menekan tombol di intercomnya,
“saya butuh secangkir kopi” kata Sho.
“baik, akan segera kami antarkan ke ruangan Anda” kata seseorang yang menjawab di telepon.
Beberapa saat kemudian, terdengar pintu diketuk…
“masuk” kata Sho memberikan izin orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruangannya.
“permisi, saya membawakan Anda secangkir kopi. Mau saya letakkan dimana tuan?” tanya seorang pria dengan nada ragu-ragu.
“bawa kemari” kata Sho tanpa melihat orang yang membawakan kopinya karena sedang sibuk mempelajari file-file yang baru ia dapat.
Sejenak kemudian, tak ada suara terdengar, tetapi Sho yakin orang yang tadi masuk, masih ada di ruangannya. Sho mendongak untuk memastikan dan ternyata, orang itu masih di situ, berdiri diam di hadapannya tanpa mengeluarkan suara dengan wajah yang tampak bingung.
“kenapa kau tetap berdiri di situ?” tanya Sho pada pria yang kini sedang memegang cangkir kopi yang ia minta.
« maaf, saya harus meletakkannya dimana?” tanya pria itu sambil memandangi meja Sho yang penuh dengan file-file hingga tak ada ruang tersisa.
“ahhhh~ Maaf, seharusnya saya bereskan sedikit. Ok, kemarikan kopinya” kata Sho sambil meraih kopinya dengan tanpa sengaja menyentuh tangan pria itu.
“uwaahhh” pria itu tampak terkejut hingga kopi itu akhirnya justru jatuh ke lantai sebelum sempat dipegang oleh Sho. Cangkir itu pecah, berserakan di bawah meja Sho.
“heyyyy!! Ada apa denganmu?!” kata Sho agak marah sambil membuka dasi dan kancing kemejanya karena terkena cipratan kopi sedikit. Ia mengambil tissue, lalu berusaha membersihkan noda yang ada di kemeja putihnya.
“ahhhh~ Maaf saya tidak sengaja… Segera saya bereskan, maaaaaf…” kata pria itu yang dengan sigap langsung menunduk di bawah meja Sho, membuat tubuhnya berada di kolong meja Sho, tepat di depan kursi tempat Sho duduk.
“apa kau tidak sebaiknya mengambil sapu atau kain pel dulu daripada mengambilnya dengan tangan seperti itu?” tanya Sho penasaran sambil memperhatikan pria yang masih sibuk membersihkan pecahan cangkir yang berserakan.
“Hah?!” pria itu mendongak memandang Sho karena sedikit tidak menyimak kata-kata Sho sebelumnya. DUG! Kepala pria itu langsung terantuk ujung meja Sho.
“ouch! Kau tak apa-apa?” tanya Sho dengan wajah terkejut sambil reflek memegang kepala pria yang ada di dekat kedua kakinya.
“Ittaiii~” kata pria itu agak meringis kesakitan tapi tak bisa memegang kepalanya karena tangannya kotor memegang pecahan cangkir kopi.
Tok… tok… tok…
“masuk” jawab Sho.
“maaf, permisi Pak, saya mau melaporkan…” kata sekretaris Sho begitu masuk ke dalam ruangan dan tiba-tiba kata-katanya langsung terhenti ketika melihat Aiba sedang berjongkok di depan kedua kaki Sho dengan tangan Sho yang memegangi kepalanya serta kancing baju Sho yang terbuka setengah ke bawah.
“ya?” tanya Sho.
“ahhh… Maaf Pak, masih ada berkas yang tertinggal” kata sekretaris Sho dengan wajah memerah lalu buru-buru keluar dari ruangan.
“eh, tunggu… Hei…” kata Sho, tapi terlambat karena sekretarisnya buru-buru pergi.
“hmmm… Dalam waktu kurang lima menit, kau membuatku gagal minum kopi, menumpahkan kopi ke bajuku dan sekarang membuat sekretarisku salah sangka” kata Sho sambil menggelengkan kepala memandang pria yang ada di hadapannya.
“maafkan saya Pak… Saya tidak sengaja” kata pria itu dengan wajah takut hingga tak sadar ada sebuah pecahan cangkir yang melukai jarinya hingga berdarah. Membuatnya kembali meringis kesakitan tapi tanpa mengeluarkan suara karena takut Sho akan memarahinya.
“dan dalam kurang dari dua menit, kau sudah melukai dirimu sendiri dua kali” kata Sho.
“ahhh… maaaaafff….” kata pria itu dengan air mata tergenang.
“berhenti meminta maaf, cepat buang benda itu di tempat sampah dan cuci tanganmu di sana!” perintah Sho.
“hai'~” kata pria itu langsung berjalan menuju ke tempat sampah terdekat, lalu mencuci tangannya di wastafel yang tak jauh dari sana. Ruangan kerja Sho memang cukup luas, karena selain ada ruang kerja, juga terdapat ruang tamu kecil, kamar mandi, lemari pakaian dan dapur mini di sana, jadi sangat mungkin untuk melakukan apapun di sana. Bahkan jika tidak malas, Sho bisa saja membuat kopi sendiri di ruangannya tanpa harus memerintahkan office boy untuk membawakan kopi itu ke ruangannya.
Sho kini sudah duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerjanya sejak sang office boy mulai sibuk menyapu dan mengepel lantai di bawah mejanya. Melihat sang office boy selesai melakukan pekerjaannya, Sho menepuk kursi di sebelahnya lalu meminta pria itu duduk di sampingnya.
Sho meraih tangan pria itu lalu membantu pria itu, membalutkan pembalut luka ditangannya yang agak gemetar seakan-akan takut dengan sentuhannya. Membuat Sho jadi sedikit bingung.
“siapa namamu?” tanya Sho setelah selesai mengobati tangan pria itu.
“Masaki… Aiba...” kata pria itu ragu-ragu dengan matanya yang polos memandang Sho.
“sudah berapa lama kau bekerja di sini?” tanya Sho sambil membuka kancing bajunya karena bermaksud menggantinya dengan kemeja baru yang tadi ia ambil dari kamar mandi.
“satu tahun…” kata Aiba masih agak takut.
“kenapa? kau takut padaku? Tampaknya kita seumuran, berapa umurmu sekarang?” tanya Sho sambil melepaskan kemejanya.
“dua puluh delapan” kata Aiba dengan wajah menunduk.
“ahhh~ Aku dua puluh sembilan. Salam kenal, aku Sakurai Sho, ini hari pertamaku bekerja di sini, mohon bimbingannya…” kata Sho sambil membungkukkan badan.
“eehhhh??” kata Aiba terkejut.
“di Amerika, biasanya kita berkenalan dengan cara seperti ini” kata Sho sambil menarik tangan Aiba lalu menjabat tangannya, membuat Aiba tersentak kaget lalu melihat ke arah Sho. Aiba semakin terkejut ketika melihat Sho kini bertelanjang dada, sedang memandang dirinya sambil tersenyum. Sekejap beberapa bayangan dari masa lalu berkelebat di pikirannya membuatnya agak pusing.
Aiba segera berdiri…
“uhm… Maaf, saya permisi dulu… Kopi Anda akan segera dibuatkan yang baru, Pak..” kata Aiba sambil kemudian berdiri, membungkuk lalu beranjak pergi.
“ehhh??” jawab Sho agak bingung.
“hmmm… Teman baru yang unik” kata Sho sambil tersenyum simpul.
Mari kita keluarkan Chapter dua, yippie~ ^^

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya & TomaPi)
Rating : PG (M-PREG)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(
Hari ini Sakurai Sho mulai masuk ke kantor barunya. Kantornya adalah sebuah perusahaan milik keluarga bernama Sakurai Corp. yang terkenal menjual berbagai macam produk parfum yang laris terjual di seluruh dunia. Karena lulusan luar negeri dan sempat bekerja di kantornya cabang di New York, kini Sho bertugas memimpin kantor pusat di Jepang menggantikan posisi ayahnya yang sekarang lebih memilih bersantai dengan mengurusi bisnis lain yang lebih kecil.
Sho kini berada di ruang kerjanya sendirian, setelah tadi selama berjam-jam ia bersama dengan seorang sekretaris pria yang merupakan mantan sekretaris ayahnya dulu yang kini bekerja padanya.
Sho menekan tombol di intercomnya,
“saya butuh secangkir kopi” kata Sho.
“baik, akan segera kami antarkan ke ruangan Anda” kata seseorang yang menjawab di telepon.
Beberapa saat kemudian, terdengar pintu diketuk…
“masuk” kata Sho memberikan izin orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruangannya.
“permisi, saya membawakan Anda secangkir kopi. Mau saya letakkan dimana tuan?” tanya seorang pria dengan nada ragu-ragu.
“bawa kemari” kata Sho tanpa melihat orang yang membawakan kopinya karena sedang sibuk mempelajari file-file yang baru ia dapat.
Sejenak kemudian, tak ada suara terdengar, tetapi Sho yakin orang yang tadi masuk, masih ada di ruangannya. Sho mendongak untuk memastikan dan ternyata, orang itu masih di situ, berdiri diam di hadapannya tanpa mengeluarkan suara dengan wajah yang tampak bingung.
“kenapa kau tetap berdiri di situ?” tanya Sho pada pria yang kini sedang memegang cangkir kopi yang ia minta.
« maaf, saya harus meletakkannya dimana?” tanya pria itu sambil memandangi meja Sho yang penuh dengan file-file hingga tak ada ruang tersisa.
“ahhhh~ Maaf, seharusnya saya bereskan sedikit. Ok, kemarikan kopinya” kata Sho sambil meraih kopinya dengan tanpa sengaja menyentuh tangan pria itu.
“uwaahhh” pria itu tampak terkejut hingga kopi itu akhirnya justru jatuh ke lantai sebelum sempat dipegang oleh Sho. Cangkir itu pecah, berserakan di bawah meja Sho.
“heyyyy!! Ada apa denganmu?!” kata Sho agak marah sambil membuka dasi dan kancing kemejanya karena terkena cipratan kopi sedikit. Ia mengambil tissue, lalu berusaha membersihkan noda yang ada di kemeja putihnya.
“ahhhh~ Maaf saya tidak sengaja… Segera saya bereskan, maaaaaf…” kata pria itu yang dengan sigap langsung menunduk di bawah meja Sho, membuat tubuhnya berada di kolong meja Sho, tepat di depan kursi tempat Sho duduk.
“apa kau tidak sebaiknya mengambil sapu atau kain pel dulu daripada mengambilnya dengan tangan seperti itu?” tanya Sho penasaran sambil memperhatikan pria yang masih sibuk membersihkan pecahan cangkir yang berserakan.
“Hah?!” pria itu mendongak memandang Sho karena sedikit tidak menyimak kata-kata Sho sebelumnya. DUG! Kepala pria itu langsung terantuk ujung meja Sho.
“ouch! Kau tak apa-apa?” tanya Sho dengan wajah terkejut sambil reflek memegang kepala pria yang ada di dekat kedua kakinya.
“Ittaiii~” kata pria itu agak meringis kesakitan tapi tak bisa memegang kepalanya karena tangannya kotor memegang pecahan cangkir kopi.
Tok… tok… tok…
“masuk” jawab Sho.
“maaf, permisi Pak, saya mau melaporkan…” kata sekretaris Sho begitu masuk ke dalam ruangan dan tiba-tiba kata-katanya langsung terhenti ketika melihat Aiba sedang berjongkok di depan kedua kaki Sho dengan tangan Sho yang memegangi kepalanya serta kancing baju Sho yang terbuka setengah ke bawah.
“ya?” tanya Sho.
“ahhh… Maaf Pak, masih ada berkas yang tertinggal” kata sekretaris Sho dengan wajah memerah lalu buru-buru keluar dari ruangan.
“eh, tunggu… Hei…” kata Sho, tapi terlambat karena sekretarisnya buru-buru pergi.
“hmmm… Dalam waktu kurang lima menit, kau membuatku gagal minum kopi, menumpahkan kopi ke bajuku dan sekarang membuat sekretarisku salah sangka” kata Sho sambil menggelengkan kepala memandang pria yang ada di hadapannya.
“maafkan saya Pak… Saya tidak sengaja” kata pria itu dengan wajah takut hingga tak sadar ada sebuah pecahan cangkir yang melukai jarinya hingga berdarah. Membuatnya kembali meringis kesakitan tapi tanpa mengeluarkan suara karena takut Sho akan memarahinya.
“dan dalam kurang dari dua menit, kau sudah melukai dirimu sendiri dua kali” kata Sho.
“ahhh… maaaaafff….” kata pria itu dengan air mata tergenang.
“berhenti meminta maaf, cepat buang benda itu di tempat sampah dan cuci tanganmu di sana!” perintah Sho.
“hai'~” kata pria itu langsung berjalan menuju ke tempat sampah terdekat, lalu mencuci tangannya di wastafel yang tak jauh dari sana. Ruangan kerja Sho memang cukup luas, karena selain ada ruang kerja, juga terdapat ruang tamu kecil, kamar mandi, lemari pakaian dan dapur mini di sana, jadi sangat mungkin untuk melakukan apapun di sana. Bahkan jika tidak malas, Sho bisa saja membuat kopi sendiri di ruangannya tanpa harus memerintahkan office boy untuk membawakan kopi itu ke ruangannya.
Sho kini sudah duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerjanya sejak sang office boy mulai sibuk menyapu dan mengepel lantai di bawah mejanya. Melihat sang office boy selesai melakukan pekerjaannya, Sho menepuk kursi di sebelahnya lalu meminta pria itu duduk di sampingnya.
Sho meraih tangan pria itu lalu membantu pria itu, membalutkan pembalut luka ditangannya yang agak gemetar seakan-akan takut dengan sentuhannya. Membuat Sho jadi sedikit bingung.
“siapa namamu?” tanya Sho setelah selesai mengobati tangan pria itu.
“Masaki… Aiba...” kata pria itu ragu-ragu dengan matanya yang polos memandang Sho.
“sudah berapa lama kau bekerja di sini?” tanya Sho sambil membuka kancing bajunya karena bermaksud menggantinya dengan kemeja baru yang tadi ia ambil dari kamar mandi.
“satu tahun…” kata Aiba masih agak takut.
“kenapa? kau takut padaku? Tampaknya kita seumuran, berapa umurmu sekarang?” tanya Sho sambil melepaskan kemejanya.
“dua puluh delapan” kata Aiba dengan wajah menunduk.
“ahhh~ Aku dua puluh sembilan. Salam kenal, aku Sakurai Sho, ini hari pertamaku bekerja di sini, mohon bimbingannya…” kata Sho sambil membungkukkan badan.
“eehhhh??” kata Aiba terkejut.
“di Amerika, biasanya kita berkenalan dengan cara seperti ini” kata Sho sambil menarik tangan Aiba lalu menjabat tangannya, membuat Aiba tersentak kaget lalu melihat ke arah Sho. Aiba semakin terkejut ketika melihat Sho kini bertelanjang dada, sedang memandang dirinya sambil tersenyum. Sekejap beberapa bayangan dari masa lalu berkelebat di pikirannya membuatnya agak pusing.
Aiba segera berdiri…
“uhm… Maaf, saya permisi dulu… Kopi Anda akan segera dibuatkan yang baru, Pak..” kata Aiba sambil kemudian berdiri, membungkuk lalu beranjak pergi.
“ehhh??” jawab Sho agak bingung.
“hmmm… Teman baru yang unik” kata Sho sambil tersenyum simpul.
no subject
Date: 2011-05-01 05:16 am (UTC)salah sangka juga gag papa, salah sangka yang indah LOL
penasaran sama masa lalunya si aiba, tapi ada junba nya yay yay!! junba junba~~
jangan2 mantan mereka sama lagi? matsujun~~ <3
no subject
Date: 2011-05-02 05:39 am (UTC)Soal Matsujun... Hahaha... Penjelasannya masih jauh chapternya.. Fufufufu..
no subject
Date: 2011-05-01 06:33 am (UTC)very funny but poor him though... XP
no subject
Date: 2011-05-02 05:44 am (UTC)Actually I have thought a lot about this, do I have to keep his true character, do I have to change it. After that, I come up to my my decision to keep his true character, because I think this wouldn't be interesting if I change it... Fufufufu...
no subject
Date: 2011-05-01 04:28 pm (UTC)apa yg terjadi dimasa lalu??
trus bayi yg di chap 1 itu anknya aiba???
masi hidup kah??
hehehhe..
pertemuan yg gak biasa bwat sakuraiba..
tapi tetep aja bikin senyum2 sendiri..
jadi gak sabar baca lanjutannya..
lanjut ^^
no subject
Date: 2011-05-02 05:46 am (UTC)Nanti bakal ada waktu buat menjelaskan itu deh... Hohohoho..
Sipph... Habis ini lanjutannya akan dipublish. ^^
no subject
Date: 2011-05-02 10:21 am (UTC)ngomong2 ini gak dipost di fairy?
no subject
Date: 2011-05-03 04:48 am (UTC)no subject
Date: 2011-05-03 10:07 am (UTC)pantesan gak nemu...
lagi sedikit mengurangi ol..
maklum mau ikt snmptn..
no subject
Date: 2011-05-03 03:41 pm (UTC)