Entry tags:
Infinity (Chapter 4)
Halo temans...
Aduh, maaf ya telat updatenya.. Hideko sibuk banget sekarang, bahkan tidur aja kurang. Jadi waktu buat nulisnya terbatas. Huhuhu... Ini aja curi2 waktu (dibaca : ngetik FF di kantor.. xDD). Jadi, harap maklum ya..

Judul : Infinity
Penulis :
hideko_ikuta
Pairing : SakurAiba (main), TomaPi (side), Guest : Ohno, Jun & Nino
Rating : G
Genre : AU, Romance, BL, Yaoi
Aiba berjalan melewati sebuah jembatan kayu yang dirangkai dengan dahan pohon. Ia terus berjalan lurus tanpa melihat kebelakang karena Yamashita memintanya untuk begitu. Aiba mencoba melihat ke bawah jembatan tetapi ternyata dasar dari jembatan itu sama sekali tak terlihat, mungkin terlalu dalam, sehingga hanya seperti kabut yang terlihat.
Setelah beberapa jauh berjalan, Aiba tiba-tiba merasakan suatu suasana yang berbeda. Ketika ia melangkah, sebuah angin terasa berhembus kencang ke arahnya lalu seketika udara menjadi lebih hangat. Ia jelas-jelas dapat merasakan bahwa Akai Land sedang mengalami musim dingin sehingga tadi ia sempat kedinginan tetapi sekarang ia dapat merasakan udara di sekitarnya seperti saat Jepang sudah memasuki musim semi atau mungkin, musim semi yang sudah menjelang musim panas.
“Apa aku sudah melewati perbatasan Akai dan Midori? Hmm...” pikir Aiba.
Aiba kemudian berjalan terus hingga sampai ke ujung jembatan, kini ia sudah yakin bahwa ia sudah memasuki Midori Land. Suasananya memang berbeda sekali dengan Akai Land. Di Midori terdapat banyak sekali tumbuhan dan kupu-kupu, pohon-pohon terlihat begitu hijau dan bentuknya sangat besar. Begitu Aiba dapat melihat clover tak jauh dari jembatan, Aiba juga dapat melihat bahwa langit-langit sepanjang jalan saat ia menelusuri clover seperti tertutupi oleh dua buah pohon yang saling bertaut, sehingga membuat semacam pilar sebagai pelindung Aiba dari sengatan matahari meskipun tidak mengurangi terang sinarnya.
“Whoaaaa... Unicorn!!! Unicorn!!”teriak Aiba dalam hati ketika melihat kuda liar berbulu putih keemasan dan bertanduk yang sedang tertidur di bawah pohon. Aiba memandang kuda itu sebentar, lalu kembali berjalan terus menelusuri tumbuhan clover yang terbentang lurus yang memang mengarahkannya ke suatu tempat.
Sebenarnya ia tergoda untuk mendekat ke Unicorn yang sedang tertidur itu atau pun memetik clover di sekitar kakinya, karena semua tumbuhan clover di sana hanya satu jenis yaitu yang berkelopak empat helai yang Aiba percaya dapat membawa keberuntungan, tetapi fakta bahwa ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya apabila ia berani memetiknya dan ia juga tidak tahu apa dapat kembali ke rumahnya dengan selamat, membuat Aiba mengurungkan niatnya.
“tahan diri, Aiba... Mungkin ini jebakan mereka. Tujuanmu adalah menculik raja dari Midori Land supaya peperangan ini berhenti. Fokus.. Fokus..” kata Aiba dalam hati.
Tak lama setelah berjalan menyusuri jejak clover, Akhirnya Aiba menemukan sebuah pintu gerbang yang besar dan mewah dengan dua orang penjaga tinggi besar berbaju besi sambil membawa tombak, berdiri tegap di depan pintu yang terbuka lebar itu. Aiba awalnya agak takut untuk melangkah karena ia tidak yakin dengan penampilannya. Ia tidak tahu apakah ia cukup sukses berpura-pura menjadi penduduk Midori. Tetapi kemudian Aiba memperhatikan pintu gerbang itu dengan seksama dan menemukan bahwa terdapat banyak orang hilir mudik melewati pintu itu, tanpa dihiraukan oleh sang penjaga. Melihat hal itu, Aiba jadi mempunyai sedikit keberanian untuk mulai melangkah meskipun sedikit takut.
Aiba melangkah menuju gerbang, para penjaga tampaknya acuh dengan keberadaannya. Ia kemudian mulai berjalan masuk seakan-akan memang penduduk di negeri itu yang sudah biasa melewatinya. Aiba melirik sedikit dan melihat bahwa para penjaga masih diam pada posisinya, ia merasa agak lega karena tampaknya penyamarannya berhasil. Ia akhirnya dapat menghembuskan nafas dengan lega ketika akhirnya dapat melewati gerbang besar itu dan benar-benar masuk ke dalam Midori Land yang langsung tampak ramai karena di depan gerbang itu ternyata adalah pasar.
Aiba baru akan melangkah lagi ketika ia melihat dihadapannya terdapat seekor kelinci putih yang cukup besar sedang diam dengan pandangan melihat ke arah Aiba.
“kawaii~!!!” kata Aiba sambil tersenyum lalu mendekat ke arah kelinci untuk membelai bulunya yang halus dan tebal.
Aiba kemudian berjongkok ke arah kelinci itu, terlihat sang kelinci tidak takut dengannya sehingga hanya menggerak-gerakkan hidung dan telinganya sambil memandang Aiba melalui kedua matanya yang bulat dan berkilauan.
Tak lama, ada beberapa kelinci lain yang datang mendekati Aiba, warnanya berbeda dengan kelinci yang kini sedang dibelai oleh Aiba tetapi tidak kalah lucu. Aiba mendekatkan tangannya ke kelinci berwarna hitam, bermaksud untuk membelai bulu dari kelinci itu tanpa menyadari bahwa itu ternyata adalah keputusan yang salah...
“ouch!” pekik Aiba pelan ketika tiba-tiba tangannya digigit oleh kelinci hitam dan setetes darah merah keluar dari bekas gigitan itu.
Melihat hal itu, entah mengapa kelinci-kelinci di dekat Aiba menjadi lebih agresif. Tiba-tiba saja muncul beberapa kelinci lain yang mendekat ke Aiba lalu mereka bersama-sama mendorong tubuh Aiba hingga tersungkur ke tanah.
“penyusup!! Ada penyusup!!” terdengar teriakan penjaga tak jauh dari tempat Aiba.
Aiba ingin menghindar tetapi ia tidak dapat bergerak karena puluhan kelinci cukup besar, menimpa tubuhnya. Ia baru menyadari bahwa kelinci-kelinci itu ternyata bukanlah kelinci biasa ketika dua orang penjaga akhirnya mengamankan Aiba dengan memegangi tangan dan kakinya.
“kerja bagus! Kembali ke posisi kalian” kata seorang penjaga, membuat kelinci-kelinci itu melompat kesana kemari lalu menghilang.
Seorang penjaga lain datang dan mengeluarkan belati dari sabuknya.
“woahh... Apa yang akan kalian lakukan!! Woah...! ARRRGHHH!!” teriak Aiba. Tapi seperti tidak perduli, sang penjaga langsung menggoreskan belatinya ke tangan Aiba membuat darah merah segar keluar dari tubuh Aiba.
“tangkap dan penjarakan orang ini!” perintah penjaga yang tadi menggoreskan belatinya ke tangan Aiba. Dengan berlinang air mata dan tangan berlumuran darah, Aiba yang ketakutan, digiring oleh pengawal menuju penjara khusus kerajaan Midori.
Beberapa jam kemudian...
Aiba sudah terbaring lemas di dalam sebuah sel penjara yang gelap dan lembab. Meringis kesakitan sendiri karena tubuh yang penuh luka akibat dipukuli saat di interogasi oleh petugas. Karena ia hanya diam saja ketika mereka bertanya, maka petugas itu menjadi semakin sadis menyiksanya. Aiba tidak mungkin mengaku bahwa ia penyusup dari Akai Land karena ia belum menyelesaikan misinya di negeri ini tetapi ia juga tidak mungkin terus menutupi kenyataan ini karena mungkin hal itu akan membahayakan nyawanya. Ia ingat, Yamashita pernah berkata padanya bahwa jika ia tewas di negeri ini, maka selamanya ia tak akan dapat kembali ke dunianya.
“siapapun... Tolong selamatkan aku...” rintih Aiba dalam hati.
Sekejap kemudian, ia melihat pintu sel tempat ia dikurung terbuka. Sinar yang tiba-tiba masuk menerangi sel-nya itu, membuat Aiba memicingkan mata. Ia melihat ada seseorang berpakaian militer bertopeng besi, berjalan ke arahnya. Orang itu jongkok di depan tubuh Aiba yang terbaring lemas di lantai, lalu memegang dagu Aiba dengan tangannya yang tertutup oleh sarung tangan.
“aku akan membawa orang ini ke tempatku” kata orang itu yang kemudian menarik tangan kanan Aiba agar menggantungkannya di lehernya lalu membopong Aiba keluar dari penjara.
“hah?” Aiba memandang dengan wajah bingung melalui matanya yang sayu.
“kau akan aman bersamaku, semua akan baik-baik saja... Tak perlu khawatir lagi” kata orang itu sambil berjalan membopong Aiba.
“ari... gatou...” kata Aiba pelan sebelum akhirnya pingsan dengan membenamkan kepalanya di dada orang itu. Entah mengapa, rasanya aman sekali berada di pelukan orang itu.
Aduh, maaf ya telat updatenya.. Hideko sibuk banget sekarang, bahkan tidur aja kurang. Jadi waktu buat nulisnya terbatas. Huhuhu... Ini aja curi2 waktu (dibaca : ngetik FF di kantor.. xDD). Jadi, harap maklum ya..

Judul : Infinity
Penulis :
![[livejournal.com profile]](https://www.dreamwidth.org/img/external/lj-userinfo.gif)
Pairing : SakurAiba (main), TomaPi (side), Guest : Ohno, Jun & Nino
Rating : G
Genre : AU, Romance, BL, Yaoi
Aiba berjalan melewati sebuah jembatan kayu yang dirangkai dengan dahan pohon. Ia terus berjalan lurus tanpa melihat kebelakang karena Yamashita memintanya untuk begitu. Aiba mencoba melihat ke bawah jembatan tetapi ternyata dasar dari jembatan itu sama sekali tak terlihat, mungkin terlalu dalam, sehingga hanya seperti kabut yang terlihat.
Setelah beberapa jauh berjalan, Aiba tiba-tiba merasakan suatu suasana yang berbeda. Ketika ia melangkah, sebuah angin terasa berhembus kencang ke arahnya lalu seketika udara menjadi lebih hangat. Ia jelas-jelas dapat merasakan bahwa Akai Land sedang mengalami musim dingin sehingga tadi ia sempat kedinginan tetapi sekarang ia dapat merasakan udara di sekitarnya seperti saat Jepang sudah memasuki musim semi atau mungkin, musim semi yang sudah menjelang musim panas.
“Apa aku sudah melewati perbatasan Akai dan Midori? Hmm...” pikir Aiba.
Aiba kemudian berjalan terus hingga sampai ke ujung jembatan, kini ia sudah yakin bahwa ia sudah memasuki Midori Land. Suasananya memang berbeda sekali dengan Akai Land. Di Midori terdapat banyak sekali tumbuhan dan kupu-kupu, pohon-pohon terlihat begitu hijau dan bentuknya sangat besar. Begitu Aiba dapat melihat clover tak jauh dari jembatan, Aiba juga dapat melihat bahwa langit-langit sepanjang jalan saat ia menelusuri clover seperti tertutupi oleh dua buah pohon yang saling bertaut, sehingga membuat semacam pilar sebagai pelindung Aiba dari sengatan matahari meskipun tidak mengurangi terang sinarnya.
“Whoaaaa... Unicorn!!! Unicorn!!”teriak Aiba dalam hati ketika melihat kuda liar berbulu putih keemasan dan bertanduk yang sedang tertidur di bawah pohon. Aiba memandang kuda itu sebentar, lalu kembali berjalan terus menelusuri tumbuhan clover yang terbentang lurus yang memang mengarahkannya ke suatu tempat.
Sebenarnya ia tergoda untuk mendekat ke Unicorn yang sedang tertidur itu atau pun memetik clover di sekitar kakinya, karena semua tumbuhan clover di sana hanya satu jenis yaitu yang berkelopak empat helai yang Aiba percaya dapat membawa keberuntungan, tetapi fakta bahwa ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya apabila ia berani memetiknya dan ia juga tidak tahu apa dapat kembali ke rumahnya dengan selamat, membuat Aiba mengurungkan niatnya.
“tahan diri, Aiba... Mungkin ini jebakan mereka. Tujuanmu adalah menculik raja dari Midori Land supaya peperangan ini berhenti. Fokus.. Fokus..” kata Aiba dalam hati.
Tak lama setelah berjalan menyusuri jejak clover, Akhirnya Aiba menemukan sebuah pintu gerbang yang besar dan mewah dengan dua orang penjaga tinggi besar berbaju besi sambil membawa tombak, berdiri tegap di depan pintu yang terbuka lebar itu. Aiba awalnya agak takut untuk melangkah karena ia tidak yakin dengan penampilannya. Ia tidak tahu apakah ia cukup sukses berpura-pura menjadi penduduk Midori. Tetapi kemudian Aiba memperhatikan pintu gerbang itu dengan seksama dan menemukan bahwa terdapat banyak orang hilir mudik melewati pintu itu, tanpa dihiraukan oleh sang penjaga. Melihat hal itu, Aiba jadi mempunyai sedikit keberanian untuk mulai melangkah meskipun sedikit takut.
Aiba melangkah menuju gerbang, para penjaga tampaknya acuh dengan keberadaannya. Ia kemudian mulai berjalan masuk seakan-akan memang penduduk di negeri itu yang sudah biasa melewatinya. Aiba melirik sedikit dan melihat bahwa para penjaga masih diam pada posisinya, ia merasa agak lega karena tampaknya penyamarannya berhasil. Ia akhirnya dapat menghembuskan nafas dengan lega ketika akhirnya dapat melewati gerbang besar itu dan benar-benar masuk ke dalam Midori Land yang langsung tampak ramai karena di depan gerbang itu ternyata adalah pasar.
Aiba baru akan melangkah lagi ketika ia melihat dihadapannya terdapat seekor kelinci putih yang cukup besar sedang diam dengan pandangan melihat ke arah Aiba.
“kawaii~!!!” kata Aiba sambil tersenyum lalu mendekat ke arah kelinci untuk membelai bulunya yang halus dan tebal.
Aiba kemudian berjongkok ke arah kelinci itu, terlihat sang kelinci tidak takut dengannya sehingga hanya menggerak-gerakkan hidung dan telinganya sambil memandang Aiba melalui kedua matanya yang bulat dan berkilauan.
Tak lama, ada beberapa kelinci lain yang datang mendekati Aiba, warnanya berbeda dengan kelinci yang kini sedang dibelai oleh Aiba tetapi tidak kalah lucu. Aiba mendekatkan tangannya ke kelinci berwarna hitam, bermaksud untuk membelai bulu dari kelinci itu tanpa menyadari bahwa itu ternyata adalah keputusan yang salah...
“ouch!” pekik Aiba pelan ketika tiba-tiba tangannya digigit oleh kelinci hitam dan setetes darah merah keluar dari bekas gigitan itu.
Melihat hal itu, entah mengapa kelinci-kelinci di dekat Aiba menjadi lebih agresif. Tiba-tiba saja muncul beberapa kelinci lain yang mendekat ke Aiba lalu mereka bersama-sama mendorong tubuh Aiba hingga tersungkur ke tanah.
“penyusup!! Ada penyusup!!” terdengar teriakan penjaga tak jauh dari tempat Aiba.
Aiba ingin menghindar tetapi ia tidak dapat bergerak karena puluhan kelinci cukup besar, menimpa tubuhnya. Ia baru menyadari bahwa kelinci-kelinci itu ternyata bukanlah kelinci biasa ketika dua orang penjaga akhirnya mengamankan Aiba dengan memegangi tangan dan kakinya.
“kerja bagus! Kembali ke posisi kalian” kata seorang penjaga, membuat kelinci-kelinci itu melompat kesana kemari lalu menghilang.
Seorang penjaga lain datang dan mengeluarkan belati dari sabuknya.
“woahh... Apa yang akan kalian lakukan!! Woah...! ARRRGHHH!!” teriak Aiba. Tapi seperti tidak perduli, sang penjaga langsung menggoreskan belatinya ke tangan Aiba membuat darah merah segar keluar dari tubuh Aiba.
“tangkap dan penjarakan orang ini!” perintah penjaga yang tadi menggoreskan belatinya ke tangan Aiba. Dengan berlinang air mata dan tangan berlumuran darah, Aiba yang ketakutan, digiring oleh pengawal menuju penjara khusus kerajaan Midori.
Beberapa jam kemudian...
Aiba sudah terbaring lemas di dalam sebuah sel penjara yang gelap dan lembab. Meringis kesakitan sendiri karena tubuh yang penuh luka akibat dipukuli saat di interogasi oleh petugas. Karena ia hanya diam saja ketika mereka bertanya, maka petugas itu menjadi semakin sadis menyiksanya. Aiba tidak mungkin mengaku bahwa ia penyusup dari Akai Land karena ia belum menyelesaikan misinya di negeri ini tetapi ia juga tidak mungkin terus menutupi kenyataan ini karena mungkin hal itu akan membahayakan nyawanya. Ia ingat, Yamashita pernah berkata padanya bahwa jika ia tewas di negeri ini, maka selamanya ia tak akan dapat kembali ke dunianya.
“siapapun... Tolong selamatkan aku...” rintih Aiba dalam hati.
Sekejap kemudian, ia melihat pintu sel tempat ia dikurung terbuka. Sinar yang tiba-tiba masuk menerangi sel-nya itu, membuat Aiba memicingkan mata. Ia melihat ada seseorang berpakaian militer bertopeng besi, berjalan ke arahnya. Orang itu jongkok di depan tubuh Aiba yang terbaring lemas di lantai, lalu memegang dagu Aiba dengan tangannya yang tertutup oleh sarung tangan.
“aku akan membawa orang ini ke tempatku” kata orang itu yang kemudian menarik tangan kanan Aiba agar menggantungkannya di lehernya lalu membopong Aiba keluar dari penjara.
“hah?” Aiba memandang dengan wajah bingung melalui matanya yang sayu.
“kau akan aman bersamaku, semua akan baik-baik saja... Tak perlu khawatir lagi” kata orang itu sambil berjalan membopong Aiba.
“ari... gatou...” kata Aiba pelan sebelum akhirnya pingsan dengan membenamkan kepalanya di dada orang itu. Entah mengapa, rasanya aman sekali berada di pelukan orang itu.