kashikuta: (Tame Sho)
[personal profile] kashikuta
Chapter ini akan membawa kalian ke tahap terakhir dari semua misteri di cerita ini yang mungkin nggak pernah kalian sadari pada detail-detail kecil di chapter-chapter sebelumnya. Fufufu...

Jadi, selamat menebak2 lagi ya... xDDDDD


Photobucket

Judul : Delusion
Penulis : Hideko Ikuta
Pairing : Sakuraiba
Rating : PG (M-PREG) (side pairing: JunBa & SakuMoto, Guest : OhMiya , TomaPi dan MatsuMiya)
Genre : Romance, BL, Yaoi
Sinopsis : Tragedi masa lalu membuat Aiba dan Sho menutup diri terhadap cinta, bagaimana mereka dapat mengatasi trauma masing-masing?
Disclaimer : I don't own them. :(



Siang itu, Sakurai Sho terbangun dengan sekujur badannya terasa nyeri.

BIP... BIP... BIP... terdengar ponsel Sho yang ternyata terletak tak jauh darinya berbunyi.

Sho mengarahkan tangannya ke meja, mencari benda yang masih terus berbunyi itu. Ia memegang satu benda yang ia kira ponselnya, ternyata salah, akhirnya ia kembali meraih benda ke dua yang ada di meja dengan sebelumnya meletakkan benda pertama tak jauh darinya.

“moshi... moshi...” jawab Sho dengan suara parau.

“moshi... moshi... Sakurai-san...” jawab orang di seberang telepon.

“iya, ada apa Satoshi?” tanya Sho.

“saya dan Nino sedang menuju apartemen anda, apa anda ada di sana?” tanya Ohno itu.

“aku...” Sho menoleh ke kiri dan kanan.

“aku ada di apartemenku, datang saja. Tapi aku tak bisa menemui di cafe, jadi kau sebaiknya langsung ke tempatku, nomor 112” kata Sho lagi.

“ok, sampai bertemu setengah jam lagi” kata Ohno.

“ok” jawab Sho sebelum akhirnya menutup telepon.

Sho kemudian membuka matanya pelan-pelan, melihat dimana ia berada saat ini.


Ternyata ia sudah berada di kamarnya, di dalam ruangan berAC, di atas tempat tidurnya yang empuk dan di dalam selimutnya yang hangat. Pelan-pelan ia menggerakkan tubuhnya untuk duduk dan ia melihat kini dirinya sudah berpakaian lengkap dengan baju tidurnya yang berwarna merah. Badannya juga terasa lebih bersih, tidak seperti tadi saat... ia pingsan tadi?


“Aiba-chan...?!” kata Sho begitu teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu.

“Oucchh!!” pekik Sho kesakitan sesaat setelah ia bergerak tiba-tiba. Bagian belakang tubuhnya terasa seperti di silet sesuatu ketika ia bergerak, membuatnya sedikit menitikkan air mata karena rasa perih itu.

“Aiba-chaaaan...” kata Sho setelah berhasil turun dari tempat tidurnya dan berjalan pelan menuju ruang tengah lalu dapur.

Tak ada seorangpun di apartemen Sho selain dirinya, tapi ia terheran-heran dengan keadaan rumahnya saat ini. Semuanya terlihat begitu bersih dan kembali tertata rapi seperti semula, tak ada sama sekali tanda-tanda dari ‘kegiatan’ yang mereka lakukan tadi malam di tempat itu. Jika Sho tak merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya, mungkin ia akan menganggap bahwa ingatannya mengenai perlakuan Aiba padanya semalam hanyalah mimpi.


Sho berjalan melewati sebuah kaca besar dan melihat bahwa ternyata ada yang sudah mengoleskan obat luka pada bibirnya yang kemarin robek. Sho lalu membuka kancing baju yang ia pakai dan melihat bahwa luka-luka di bagian dadanya juga sudah diberi obat, bahkan ada plester pembalut luka di lehernya.


Sho kembali berjalan masuk ke kamarnya, menyalakan lampu di ruangan itu. Ia melihat bahwa satu-satunya benda kotor di tempat itu adalah sekeping DVD yang terpotong menjadi empat dan tergeletak di lantai. Sho tahu persis, DVD apa itu. Ia kemudian memungutnya dan duduk kembali di tempat tidurnya. Dari tempat itu, ia bisa melihat bahwa ada sekotak obat di meja dekat tempat tidurnya.


“pain killer?” kata Sho setelah membaca tulisan yang ada di kotak itu.

Sho teringat tentang suatu benda yang tadi sempat ia salah ambil karena mengira benda itu ponsel. Ia mengorek-orek bawah selimutnya dan menemukan sesuatu benda berbentuk seperti tabung lotion, lalu membaca petunjuknya.


“gunakan ini pada daerah sensitif anda, untuk meredakan rasa sakit setelah berhubungan” kata Sho diikuti dengan senyuman.


Bagaimanapun kejamnya sikap Aiba kemarin padanya, ia tahu, Aiba tetaplah Aiba yang tidak pernah tega dengan melakukan hal seperti itu. Ia bahkan memberikan Sho obat untuk menghilangkan rasa sakitnya. Hal itu membuat Sho yakin bahwa ia mungkin masih ada kesempatan untuk mendapatkan kekasihnya kembali.




Setengah jam kemudian...

Ohno dan Nino sudah berada di dalam apartemen Sho, baru saja masuk dan duduk di sofa tetapi sejak tadi mereka sedikit bingung dengan Sho yang terlihat begitu berantakan. Tidak hanya wajahnya yang penuh lebam dan goresan, cara jalannya juga aneh. Ohno dan Nino sejak masuk ke apartemen itu jadi saling memberi kode ke satu sama lain.

‘kenapa cara jalannya seperti itu?’ Nino memberi kode pada Ohno.

‘tidak tahu, wajahnya juga kenapa?’ Ohno memberi kode pada Nino.

‘jangan-jangan dia... melakukannya?’ Nino memberi kode pada Ohno sambil menutup mulutnya.

‘ahhhh~ muri muri muri...’ Ohno menggeleng pada Nino sambil membentuk tanda x dengan kedua tangannya.



“Nah, jadi apa yang membuat kalian datang kemari pagi ini?” tanya Sho yang baru kembali dapur setelah mengambil dua gelas jus untuk disajikan pada Nino dan Ohno. Ia meletakkan dua gelas itu dihadapan mereka lalu duduk di sofa putih yang letaknya tepat di depan mereka.

“Uhm... Soal siapa yang anda temui di hotel malam itu, sekarang persoalan itu jadi sedikit lebih jelas” kata Ohno.

“iya, bagaimana?” tanya Sho sambil sedikit menahan sakit di bagian bawah tubuhnya.

“saya ingat, hari itu adalah hari pemakaman dan saya mengajak Aiba Masaki bertemu di bar pada hotel itu karena saya tidak bisa datang ke pemakaman karena shock berat atas berita mengenai MatsuJun” kata Nino.

“lalu? Kenapa kau tidak terekam dalam video CCTV?” tanya Sho.

“saya tidak jadi datang karena jatuh sakit. Sebelumnya, setelah ‘kejadian malam itu’, saya juga sempat demam karena tertular olehnya” kata Nino beralasan.

“ahhhh~ Ternyata itu sebabnya Aiba bisa berada di sana, malam itu” kata Sho sambil mengangguk-angguk.


“satu lagi, masalah yang saya ingat mengenai kalung itu mengapa bisa sampai ke Aiba. Sebenarnya... Beberapa bulan setelah Aiba dan Matsujun berpacaran, Matsujun memberikannya pada Aiba, jadi sekarang saya yakin, orang yang anda temui di hotel itu, bukan Matsujun tapi Aiba Masaki!” kata Nino.

“souka.... Jadi itu kalung milik Matsujun tapi diberikan pada Aiba, hmmm... pantas saja, ia memakainya malam itu” kata Sho.

“saya harap mulai sekarang anda berhati-hati pada Aiba Masaki, mungkin saja ia akan melakukan sesuatu yang buruk pada anda jika dia mengetahui hal ini” kata Ohno.

“terlambat, dia sudah melakukannya” kata Sho dengan suara lebih pelan.

“hah??” Ohno dan Nino menjawab serentak dengan wajah bingung.


“oh iya, Satoshi, ku rasa sekarang aku membutuhkan bantuanmu untuk menemukan anak perempuanku yang dilahirkan Aiba” kata Sho dengan wajah yang agak pucat dan badan yang mulai berkeringat meskipun ruangan itu berAC.

“anak anda dengan Aiba? Bukannya itu anak Aiba dan MatsuJun?” tanya Nino dengan agak terkejut.

“Aiba melakukannya pertama kali denganku dan itu satu minggu setelah kepergian MatsuJun, anak itu jelas anakku!” kata Sho dengan tangan meremas kursi yang ia duduki.

“jadi, MatsuJun berkata jujur bahwa ia tak pernah menyentuh Aiba?” kata Nino yang dijawab Sho dengan anggukan.

“ta... tapi... Bagaimana mungkin dia mengakui anak itu adalah anak dari MatsuJun?” tanya Nino dengan suara agak gemetar.


Selama ini ia membenci Jun karena sudah mempermainkannya dengan berkata tak pernah menyentuh Aiba tapi kemudian setelah ia meninggal, Aiba hamil karenanya. Sekarang dalam sekejap perasaan itu terhapus karena ia mengetahui bahwa Jun berkata jujur pada malam itu. Entah mengapa ia merasa lega, setidaknya, hanya dialah yang pernah benar-benar mengetahui Jun lebih jauh daripada siapapun di dunia ini.


“Aiba... Malu mengakui ia hamil dari orang yang ia tidak kenal” kata Sho sambil mengelap keringat yang terus menetes di dahinya karena menahan rasa sakit.

“ternyata masalah Aiba lebih rumit dari yang ku pikirkan” kata Nino dalam hati sambil menunduk.


Ohno yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba terkejut ketika melihat sesuatu di depan matanya.

“Sa... Sakurai-san...?” kata Ohno sambil memandang Sho yang terlihat semakin pucat.

“ya?” tanya Sho sambil memandang ke arah Ohno, entah mengapa pandangannya mulai kabur saat melihat orang itu.

“saya rasa, anda perlu ke rumah sakit” kata Ohno sambil menunjuk ke arah sofa yang tiba-tiba berubah menjadi berwarna merah darah.

“Wooaahhh...!!” kata Nino terkejut.

“hah?” Sho yang sebenarnya sudah agak pusing, masih sempat mengangkat tangannya yang terasa basah ketika meremas sofa lalu melihat darah yang berlumuran di tangannya. Ia baru mengerti mengapa sejak tadi bagian bawah tubuhnya terasa sangat sakit dan perih, mungkin darah itu keluar dari sana. Sekejap kemudian Sho jatuh pingsan.


===================================================================

Di tempat lain, Aiba berada di taman belakang kantor. Ia memutuskan masuk hari ini karena sudah tinggal satu minggu lagi ia akan mendapatkan gajinya. Uang itu akan cukup untuk membiayai hidupnya sementara sebelum ia menemukan pekerjaan baru, karena itu ia memutuskan untuk tetap bekerja. Ia sudah yakin Sakurai Sho tidak akan masuk hari ini, jadi ia dapat dengan tenang duduk di taman itu.

Di taman yang sepi itu, Aiba duduk sendiri sambil tersenyum senang memandangi kalung yang bertengger di lehernya. Dengan mata berkaca-kaca, Aiba Masaki tertawa-tawa sendiri seakan-akan ada seseorang yang bersama dengannya.

“Mulai saat ini, kita tak akan terpisah lagi, selamanya bersamamu... Aku mencintaimu... Sungguh, mencintaimu...” kata Aiba sambil menciumi kalungnya.

================================================================================


Author's note :

Karena kesibukan dunia nyata, terpaksa harus hiatus lagi. Nggak akan lama, mungkin sekitar satu atau dua minggu (semoga) tapi setelah itu akan posting terus sampai cerita ini selesai.

Masih ada sekitar 5 atau 6 Chapter lagi sebelum cerita ini tamat (sudah selesai ditulis, tinggal di posting).

Jadi, selamat menunggu ya~  

Jangan lupa, doakan saya~ Hihihihi...

This account has disabled anonymous posting.
If you don't have an account you can create one now.
HTML doesn't work in the subject.
More info about formatting

Profile

kashikuta: (Default)
kashikuta

February 2020

S M T W T F S
      1
2345678
910 1112131415
16171819202122
23242526272829

Style Credit

Expand Cut Tags

No cut tags
Page generated Jul. 19th, 2025 06:35 pm
Powered by Dreamwidth Studios